Persbericht

Forkorus: Papua Dianeksasi, Bukan Integrasi

forkorus yaboisembut 001
Presiden NRFPB, Forkorus Yaboisembut – Jubi/Abeth You
Jayapura, Jubi – Presiden Negara Republik Federal Papua Barat (NRFPB), Forkorus Yaboisembut menegaskan, ketika menggelar Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera), ada kelompok-kelompok integrasi pro Indonesia yang komplain dengan kelompok yang mempertahankan aneksasi.
“Papua dianeksasi, bukan diintegrasi. Jadi ini bukan orang Papua yang bercerita, tapi memang sudah terdaftar di PBB yang dibuat oleh Komisi Dekolonisasi. Ini Indonesia aneksasi bukan integrasi. Kami jajahan Netherland Nieuw Guinea, terus ke Indonesia,” kata Forkorus Yaboisembut kepada Jubi di kediamannya, akhir pekan kemarin.
Dia menjelaskan, karena dengan adanya aneksasi inilah yang membuat pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) di tanah Papua terus bertambah. “Oleh karena itu, hari aneksasi ini bagi saya suatu hari yang membuat pelanggaran HAM itu terus terjadi sampai hari ini,” jelasnya.
“Aneksasi adalah akar penyebab. Dari pelanggaran HAM sampai hari ini. Dan ini yang saya akan gugat di Mahkamah Internasional,” tegas Yaboisembut.
Dia mengatakan, aneksasi itu memperluas wilayah sebuah negara dengan cara kekerasan terkadang dengan perjanjian tanpa kebenaran yang jelas.
“Kita orang Papua dua kali dobol. Setelah dengan kekerasan, terus dengan perjanjian hukum Internasional yang namanya New York Agreement kemudian dengan kekerasan lagi sampai hari ini,’ tuturnya.
Maka itu, pelanggaran HAM belum selesai. Karena akar penyebabnya adalah politik. Sehinggga, semua kejadian kekerasan yang terus terjadi di atas tanah Papua oleh Tentara dan Polisi Indonesia harus diakhiri di Mahkamah Internasional.
“Itu baru pelanggaran Ham yang dilakukan oleh Tentara dan Polisi Indonesia akan berakhir. Jadi Papua dianeksasi, bukan diintegrasi,” bebernya.
“Saya tidak mau bicara kalau tidak punya dasar hukum, karena hanya asal bunyi kosong, tapi ini ada. Siapa bilang kita diintergasi? Itu salah, sangat keliru,” katanya sambil tunjukan daftar negara dari PBB.
Pensiunan PNS Kabupaten Jayapura, Stanis Letsoin mengatakan, negara Indonesia dan Belanda tandatangani rencana dari PBB untuk mengatasi persoalan antara Indonesia dan Belanda itu pada tanggal 15 Agustus 1962 di New York.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Nederlandse vertaling.

Jayapura, Jubi – de Voorzitter van de Federale Republiek van West-Papoea (NRFPB), Forkorus Yaboisembut beweerde, bij de implementatie van de wet van vrije keuze (Pepera), er zijn groepen klaagde Indonesië pro integratie met de groep die de annexatie onderhoudt.
"Papua geannexeerd, niet ik hebben geïntegreerd. Het is dus niet de Papoea's die het verhaal vertelt, maar het is al geregistreerd in de Verenigde Naties, gemaakt door de Commissie op de dekolonisatie. Deze Indonesië annexatie eerder dan integratie. Ons bezittingen van de Nederland Nieuw-Guinea aan Indonesië, "zei Forkorus Yaboisembut naar Jubi, weekenden in zijn woonplaats gisteren.
Legt hij uit, vanwege het bestaan van de annexatie van dit is wat maakt mensenrechten schendingen (de rechten van de mens) in het land van Papoea nog steeds doorgaat. "Daarom vandaag deze annexatie voor mij een dag die dat schendingen van de mensenrechten blijven optreden om deze dag," legde hij uit.
"De annexatie is de oorzaak van de wortel. Van schendingen van mensenrechten aan deze dag. En dit is wat ik ga te dagvaarden in het Internationaal Gerechtshof, "verklaarde Yaboisembut.
Hij zei, dat de annexatie van het grondgebied van een land met een gewelddadige manier soms met de overeenkomst zonder een voor de hand liggende waarheid.
"We Papoea's dubbel tweemaal. Na het geweld, bleef met het Verdrag van het internationale recht mee die zij de naam van de overeenkomst van New York later met geweld weer tot vandaag, ' zei hij.
Schendingen van de mensenrechten zijn dus niet afgerond. Omdat de oorzaak is van politieke aard. Zodat, alle gevallen van geweld door het Indonesische leger en de politie blijven optreden op het land van de Papoea moet eindigen in het Internationaal Gerechtshof.
"Het is de nieuwe mensenrechten schendingen door het leger en de politie Indonesië zal eindigen. Dus Papoea werd geannexeerd, hebben niet ik geïntegreerd, "lichaamsgrootte.
"Ik wil niet om te praten als het geen rechtsgrondslag had sinds alleen de oorsprong van het geluid van lege, maar het is er. Wie zegt dat we zijn ge integratie? Het is verkeerd, heel fout, "zei hij terwijl Toon lijst van staat van de Verenigde Naties.
Gepensioneerde ambtenaren regentschap Jayapura, Stanis Letsoin zei, Indonesië en Nederland het plan van de Verenigde Naties op te lossen de problemen tussen Indonesië en Nederland ondertekend werd op 15 augustus 1962 in New York.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

stanis letsoin 002

Stanis Letsoin – Jubi/Abeth You
“Yang jadi persoalan di Papua adalah pasal tentang plebysed yang isinya pemilihan umum secara bebas yang dulu dikenal dengan sistem one man one vote diganti oleh Indonesia dengan nama Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) Makanya, banyak orang Papua lari ke Belanda, dan juga banyak orang Republik Maluku Selatan (RMS) lari ke Belanda, karena alasan tidak mau tinggal dengan Indonesia. Itu sejarah, jadi jangan bohong soal Papua ini,” tegas Stanis Letsoin.
Menurut Stanis, pihakya ketika sampai di Bandung untuk membicarakan Pleibisit menjadi kaget karena hal itu diganti dengan Pepera dan sempat guncang.
“Jadi kami kaget di Bandung bahwa Pleibisit diganti dengan Pepera. Semua guncang. Kalau Indonesia dan Belanda mau ampuni luka bathin, kita harus merubah Pepera 99,9%. Dunia semua mengetahui itu. Itu jadi persoalan. Saya orang Maluku yang akan mati di tanah Papua. Terus terang saja negara ini sangat tidak menghargai jerih payah orang tua di masa lalu. Kalau begini terus, saya yakin dan percaya Papua akan mengikuti jejak Timor Timur yaitu merdeka,” pungkasnya. (*)


Nederlandse vertaling.


"Zodat het probleem in Papua is het artikel over de plebysed algemene verkiezingen waarin vrij zodra bekend door één man één stem stelsel vervangen door Indonesië onder de naam van de wet van vrije keuze (Pepera) vandaar, vele Papoea's naar Nederland vluchtte, en ook velen van de Republiek van Zuid-Molukken (RMS) naar Nederland, vluchtte omdat de redenen niet willen verblijven met Indonesië. Het is geschiedenis, dus niet liggen als kwestie van Papoea "stevig Stanis Letsoin.
Volgens Stanis, pihakya toen het naar Station Bandung te bespreken Pleibisit verrast omdat het werd vervangen door Pepera en moet schudden.
"Dus we verbijsterd in Bandung waren dat de Pleibisit werd vervangen door Pepera. Alles moet schudden. Als Indonesië en Nederland vergeven geestelijke wonden willen, moeten we Pepera 99,9% vernieuwen. De hele wereld weet het. Dus de vraag. De Maluku ik zal sterven mensen in het land van Papoea. Heel eerlijk gezegd dit land niet zeer waarderen de inspanning van de ouderen in het verleden. Als dit zo doorgaat, ik geloof en geloof dat Papoea zullen volgen in de voetsporen van Oost-Timor die onafhankelijk is, "Volgens mij. (*)

Het hele persbericht is te downloaden als pdf