Suasana pembukaan Festival Danau Sentani (FDS) III, Sabtu (19/6), yang dapat dikatakan turun pamor. Terbukti para pejabat yang diundang hanya rata-rata diwakilkan.SENTANI-Opnening pesta Budaya Festival Danau Sentani (FDS) III tahun ini dapat dikatakan turun pamor pasalnya dari sejumlah pejabat yang hadir hanya Bupati Jayapura dan Kapolda Papua yang merupakan pejabat sesungguhnya sementara lainnya merupakan perwakilan.  Sebut saja Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik diwakili oleh Staf Ahli Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata bidang Pranata Sosila Drs Surya Yuga M.Si, Ketua Komisi X DPR-RI diwakili oleh para anggotanya, Gubernur Papua di wakili Asiten Sekda Provinsi Papua Elieser Renmaur. Boy Eluay salah satu Ondofolo di Sentani mengaku kecewa dengan hal ini, menurut putra sulung salah satu tokoh Papua alm Dortheys Hiyo Eluay itu bahwa sudah jelas hal ini mencoreng wajah budaya Kabupaten Jayapura secara khusus Sentani. Karena menurut Boy ketidak hadiran tersebut merupakan wujud dari pejabat yang bersangkutan memang tidak punya hati sama sekali untuk membangun rakyat di Kabupaten Jayapura secara khusus Sentani. “Ini bukti kalau mereka memang tidak perlu dengan kami, dan lebih mengutamakan kepentingan mereka,” tegasnya.  Padahal sebelumnya mereka telah berjanji dan memberikan motivasi yang muluk-muluk terhadap pelaksanaan FDS, namun ternyata semua omong kosong, dan ini sama halnya budaya Sentani sedang diinjak oleh mereka.

Terkait euforia opening FDS III sendiri Boy mengatakan sangat jauh berbeda sekali pada FDS 2 tahun sebelumnya. Dimana pada tahun minim pengunjung, dan hal ini diakibatkan karena panitia tidak memaksimalkan peran media masa.    Boy juga mempertanyakan kinerja panitia khususnya seksi publikasi dan promosi. Kerena menurutnya bisa saja mereka yang tidak bekerja secara maksimal. “Bisa saja panitia juga tidak bekerja secara maksimal,” tegas Boy lagi.  Dari informasi yang diperolehnya lagi bahwa panitia hanya menganggarkan biaya publikasi melalui LKBN Antara membuatnya heran, sebab seberapa banyak masyarakat di Kabupaten Jayapura dan Papua secara umum yang mengakses intenet. Seharusnya media local itu yang paling diprioritaskan dulu, inilah salah satu bukti bahwa publikasi yang dilakukan salah alamat, sehingga FDS saat ini minim pengunjung.
Namun dengan alokasi waktu yang masih tersisa 3 hari lagi ini dirinya berharap agar media masa khususnya media local agar menyuarakan FDS secara maksimal ke public untuk meingkatkan kuantitas pengunjung FDS. Karena semakin banyaknya pengunjung tentunya akan berdampak pada peningkatan ekonomi pedagang papua di lokasi FDS.

Hal senada juga disampaikan artis nasional asal Papua Edo Kondologit terkait pelaksanaan FDS III. Menurut Edo publik mengenal image Papua adalah mahal dan jauh. Namun, punya potensi budaya alam yang luar biasa, sehingga harus diperkenalkan ke seluruh daerah di Indonesia hingga internasional.“FDS sebagai wadah bahwa Indonesia punya Papua yang bagus dan memiliki potesi sumber daya alam yang melimpah,” ungkapnya. Namun keindahan tersebut, FDS kurang publikasi. Sebab, di Jakarta saja,  jarang orang yang tahu FDS, justru raja ampat lebih terkenal. Seharusnya panitia bisa melakukan kerjasama dengan berbagai pihak, salah satunya maskapai penerbangan untuk dipromosikan.

“Promosi itu penting, seharusnya pemda khususnya dinas Priwisata dan Kebudayaan, alangkah baiknya dilaksanakan secara profesional, dalam arti melihat kekurangan pada FDS tahun sebelumnya, apa saja yang kurang. Saya lihat promosi FDS ini kurang menggema, sebab teman teman selebriti saya, tidak ada yang tau” kata Edo.  Ditambahkan, pihaknya bukan mengatakan FDS jelek atau buruk, namun hanya memberi masukan agar kedepan pelaksanaan FDS lebih baik lagi. Penyanyi rambut kariting rambut ini juga berharap agar pada FDS ke 4 nanti gaung promosinya itu lebih dimaksimalkan lagi bila perlu menggunakan jasa siaran TV Nasional.

Ester Y salah satu mama Papua yang berada di lokasi FDS tersebut saat ditmintai komentarnya terkait pembukaan FDS III tersebut mengaku kecewa sebab ketika orang sentani ingin menganggkatkan budayanya ke permukaan justru tidak dihadiri oleh Gubernur Papua yang justru merupakan anak Sentani sendiri.  “Masa Gubernur sendiri orang sentani baru, tra bisa datang lagi, kitong kecewa sekali,” ujarnya. (jim)