Gubernur: Belajarlah dari Kepulangan Nickolas Jowe

JAYAPURA—Aksi teror berdarah selama enam tahun terakhir yang terus dilancarkan kelompok pimpinan TPN/OPM Goliath Tabuni di Kabupaten Puncak Jaya de­ngan memboyong isu Papua Merdeka, membuat Gubernur Provinsi Papua gerah.
“Merdeka itu tidak segampang yang dipikirkan, tidak sesederhana seperti itu,” tegas Gubernur Provinsi Papua Barnabas Suebu SH, di Gedung Negara Dok V Atas Jayapura, seusai pelantikan Sekda Provinsi Papua, kamis (20/8) kemarin.
Gubernur mengatakan, misi memerdekan Papua atau upaya-upaya melepaskan Papua dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang sering dijadikan alasan untuk melakukan tindakan-tindakan kriminil itu semestinya tidak perlu dilakukan pasalnya upaya tersebut sudah menghambat kelangsungan pembangunan manusia Papua di wilayah tersebut. “Misi untuk Papua Merdeka, itu mungkin dia (Goliat Tabuni-red) dapat angin surga dari mana?,” singgung GUbernur.

Gubernur menyarankan kepada Kelompok Goliat Tabuni cs agar turun gunung alias keluar dari persembunyian serta menghentikan teror-teror bersenjata di Kabupaten Puncak Jaya dan membicarakan keinginan mereka kepada pemerintah.

Gubernur juga meminta kepada kelompok bersenjata yang masih terus meneriakkan isu Papua Merdeka agar dapat belajar dari kepulangan Tokoh OPM Nickolas Jowe dan Nickolas Meset yang sekian tahun melanglangbuana, melakukan loby-loby politik Papua Merdeka di luar Negeri namun akhirnya kembali ke Negara Kesatuan Republik Indonesia. “Buktinya tokoh besar OPM Nickolas Yowe yang bertahun-tahun di luar negeri sudah kembali ke Papua, dia harus menyerah dan bicara keinginannya secara baik-baik,” harap GUbernur.
Menyinggung kasus Puncak Jaya yang sudah memakan waktu enam tahun terak­hir, Gubernur menegaskan bahwa kasus tersebut tidak ada unsur pembiaran atau proyek seperti yang ramai dibicarakan, namun penyelesaian kasus Puncak Jaya akan tetap dilakukan dalam konteks persuasif.“Koordinasi pihak keamanan, Bapak Kapolda dan Bapak Pangdam dan juga bupati melaporkankan, sebenarnya bukan pembiaran dan bukan juga proyek, kalau tentara mau tuntas apa susahnya?, tapi bukan itu, yang dilakukan, yang kita lakukan adalah bagaimana menerapkan pena­nganan persuasif,” terang GUbernur.
Walaupun penanganan yang terus dilakukan secara persuasif dari tahun-tahun memunculkan kesan proyek atau pembiaran, sambung Gubernur, tidak akan merubah cara-cara persuasif yang selama ini dilakukan. “penanangan secara persuasif akan terus diupayakan, kalau bisa saudara goliat dkk keluar bicara baik, mau apa, unek-unek apa, disampaikan,” ungkap Gubernur.
Gubernur berharap melalui Otonomi Khusus Papua yang kemudian dikembangkan dalam program Rencana Strategi Pembangunan Kampun (RESPEK) mampu menjawab keinginan-keinginan rakyat Papua terutama yang berada di kampung-kampung untuk keluar dari keterpurukan dan belenggu kemiskinan. “Oleh Karena itu RESPEK harus jalan agar rakyat Papua di kampung-kampung bisa merasakan apa artinya republik ini. Lima, sepuluh tahun kedepan saya percaya mimpin itu akan semakin dekat,” tandas Gubernur. (hen)