Herman Awom: Pertama Kalinya Masalah Papua Dibahas di Tingkat Internasional

Pdt Herman Awom & Forkorus YaboisembutJAKARTA—Moderator Presidium Dewan Papua, Pdt Herman Awom, menyatakan, sidang dengar pendapat Kong­res AS tentang Papua sangat berarti bagi orang Papua.
“Untuk pertama kali­nya dalam 48 tahun, masalah Papua dibahas di tingkat internasional. Dalam dialog itu kami meminta AS mendesak Indonesia membuka dialog untuk membahas otonomi Papua yang telah gagal dan ditolak orang Papua,” kata Awom saat menggelar keterangan pers di Jakarta, Selasa (5/10) kemarin.
Untuk diketahui sebagaimana dilansir media online kompas.com, sejumlah
tokoh Papua yang menghadiri sesi sidang dengar pendapat khusus mengenai Papua di Kongres AS, 22 September lalu menggelar keterangan pers di Jakarta, Selasa (5/10/2010).
Mereka menyatakan pembahasan soal Papua oleh Kongres AS membuktikan AS serius melihat persoalan Papua. Para tokoh Papua menyatakan tetap akan menuntut dialog penyelesaian Papua dan referendum dengan jalan damai.
Untuk pertama kalinya dalam 48 tahun, masalah Papua dibahas di tingkat internasional.

Menurut Awom, Otonomi Khusus Papua (Otsus) yang diatur Undang-undang Nomor 21 Tahun 2001 gagal mencegah marjinalisasi orang Papua. Ia mengkritikOtsus yang justru mendatangkan banyak uang ke Papua, menyebabkan migrasi besar-besaran ke Papua. Dan orang asli Papua semakin termarjinalkan.
“Bagi kami, dialog Indonesia dan Papua harus dimediasi pihak ketiga yang netral dan masing-masing pihak dalam posisi sejajar. Seperti dialog antara Aceh dan Indonesia. Bagi kami tidak ada kemungkinan lain selain merdeka,” kata Awom.

Ketua Dewan Adat Papua (DAP), Forkorus Yaboisembut, menyatakan pihaknya tetap menyatakan genosida telah terjadi di Papua. “Memang tidak terjadi pembunuhan besar-besaran secara seketika. Akan tetapi terjadi genosida secara perlahan-lahan. Kami minta Indonesia mengizinkan para peneliti asing dan wartawan asing diperbolehkan masuk untuk membuktikan ada tidaknya genosida,” kata Yaboisembut.
Terkait pernyataan AS yang mendukung keutuhan NKRI, dan pernyataan bahwa otonomi khusus merupakan solusi terbaik bagi persoalan Papua, Yaboisembut memahami kebutuhan AS untuk menjaga hubungan baik dengan Indonesia.
“Akan tetapi, kami meminta AS tidak mengorbankan rakyat Papua untuk kedua kalinya. Sesi sidang dengar pendapat Kongres AS soal Papua adalah kemajuan, karena kami yang belum menjadi sebuah negara diterima berdialog di sana,” kata Yaboisembut.
Yaboisembut menyatakan, pihaknya akan terus memperjuangkan tuntutan referendum melalui jalan damai. “Kami akan memperjuangkan dialog, dan ketiadaan dialog Indonesia-Papua adalah bukti bahwa Jakarta memang tidak siap untuk berdialog dengan kami. Kami akan melakukan konsolidasi mulai dari tingkatan adat, menjaga tanah, orang, dan kekayaan Papua. Kami juga akan menyusun parameter kegagalan otonomi khusus,” kata Yaboisembut.(binpa)