JAYAPURA—Meski pihak KOdam XVII/Cenderawasih dan POlda Papua baru akan melakukan penyelidikan untuk mencari kebenaran atas kekerasan TNI terhadap warga Papua sebagaimana beredar luas di video melalui dunia maya (internet), namun dari pihak KOmnas Ham Kantor Perwakilan Papua, mengamini jika kasus penyiksaan itu TNI terhadap warga itu adalah benar adanya, bukan hasil rekayasa.
Wakil Ketua KOMNAS HAM Papua yang juga anak wilayah Kabupaten Puncak Jaya, Mathius Murib SH, kepada wartawan di ruang kerjanya, Kamis (21/9) kemarin mengatakan, video tersebut adalah benar adanya dan itu terjadi 17 Maret 2010, pukul 15.00 wit di Kelome, Distrik Tingginambut, korban adalah Pdt. Kindeman Gire yang ditembak mati oleh oknum TNI.
“Korban Kideman adalah seorang  Hamba Tuhan, Gembala Sidang  Gereja GIDI Toragi, Distrik Tingginambut,” jelasnya.
Kalaupun ada versi lain yang mengatakan bahwa kejadian tersebut terjadi pada April 2010, namun KOMNAS HAM akan tetap berpegang pada hasil olah TKP yang dilakukan.

Bahkan hingga kini, salah satu korban dalam video berdurasi enam menit tersebut yang berhasil lolos masih hidup. Namun kini kondisi fisiknya sangat memprihatinkan karena trauma, sehingga belum bisa memberikan keterangan secara baik.
Dalam kesempatan itu juga KOMNAS HAM Papua meminta Kepada Pangdam XVII/Cenderawasih  dan Kapolda Papua untuk menghentikan semua operasi dan upaya penambahan pasukan yang hanya akan menambah trauma,  serta berpeluang jatuhnya korban di pihak warga sipil di Puncak Jaya dan sekitarnya.

 

Permintaan KOMNAS HAM Papua ini terkait dengan kekerasan Militer Indonesia di dunia maya (Internet) yang terus beredar, bahkan menimbulkan kecaman keras dari berbagai pihak.
Dikatakan, kekerasan di Kabupaten Puncak Jaya sudah berlangsung sejak lama, yakni tahun 2004 hingga tahun 2010, namun pendekatan yang dipakai untuk menyelesaikan konflik bersenjat di wilayah tersebut tidak juga menunjukkan keberhasilan malah semakin memburuk.
Aparat Keamanan dan Penegak Hukum diminta untuk semakin professional dan memakai Prinsip dan Standar HAM dalam tindakan hukum dan operasi di lapangan di Kabupaten Puncak Jaya dan seluruh tanah Papua.
Kepada masyarakat sipil yang bersenjata di seluruh tanah Papua, kata Murib, yang selama ini menggunakan senjata api untuk segera menghentikan aksinya dan melakukan konsolidasi total untuk pemulihan, kondisi warga di Puncak Jaya dan sekitarnya. Dikatakan, sejak 17 Agustus 2004 sampai 2010 sudah 50 orang warga sipil dan aparat TNI/Polri dilaporkan tewas ditembak dan dibunuh di Puncak Jaya.
KOmnas HAM Papua juga meminta gubernur Provinsi agar memberikan kesempatan dan dukungan kepada pihak Gereja melakukan negosiasi dengan umat-Nya di Puncak Jaya dengan penuh kasih sayang bukan dengan cara kekerasan.
Dua Video Aksi Ham, Bukti Otentik

Sementara itu, Ketua From Pepera PB, Selpius Bobii, mengatakan, beberapa peristiwa berdarah yang terjadi di seantero tanah Papua dan Papua Barat, menunjukkan bila Negara Indonesia tengah menerapkan bukti kejahatan nyata. Dan itu semua terkuak dengan adanya dua video yang berdurasi 1 menit dan 10 menit, bukti otentik itu tidak dapat di bantah lagi.
Dengan tegas ia mengatakan bila pihak TNI/POLRI tidak lagi membantah adanya aksi kekerasan yang menimpa kaum sipil di wilayah pegunungan.
“Ini bukti otentik yang sangat nyata, dan tidak bisa lagi dibantah oleh Pangdam XVII Cendrawasih maupun Kapolda, jangan lagi membantah dengan mengatakan bila di tanah Papua dan Papua Barat ini, aman terkendali. Dan Pangdam harusnya mengakui bila yang ada di dalam video rekaman itu adalah anak buah mereka bukan malah membantahnya,” ungkap Selpisu Bobii, sembari memberikan dua rekaman video tersebut pada media.
Ia menambahkan, agar Pangdam maupun kapolda bertanggung jawab atas semua pelanggaran Ham yang terjadi di Papua dan Papua Barat, dan tidak lagi melakukan pembohongan public dengan mengatakan bila tanah Papua aman terkendali, sementara yang terjadi di lapangan, etnis papua sedang menuju kehancuran.
Ia juga menuntut agar bangsa Indonesia, segera membuka diri dan mengadakan perundingan dengan masyarakat papua yang di mediasi oleh pihak ketiga yang independent demi mencari solusi dan membahas tuntas segala masalah yang terjadi di Tanah Papua. (hen/cr-15)
Jumlah Korban meninggal dan luka–luka serta fasilitas umum yang rusak
sejak tahun 2004–2010.
1) Pada tahun 2004 terdapat 7 orang meninggal dunia dan 4 orang luka parah.
2) Pada tahun 2005 terdapat 5 orang luka parah.
3) Pada tahun 2006 terdapat 2 orang meninggal dunia.
4) Pada tahun 2007 terdapat 1 orang meninggal dunia.
5) Pada tahun 2009 terdapat 5 orang meninggal dunia dan 8 orang luka – luka.
6) Pada tahun 2010 terdapat 4 orang di sandera, 5 orang luka – luka
dan 5 orang meninggal dunia.
7) Pada tahun 2004, 5 unit mobil hartop di bakar dan 1 mobil patroli
Polres tertembak.
8) Pada tahun 2007, terjadi perampasan senjata api 1 pucuk.
9) Pada tahun 2009 terjadi perampasan senjata api 6 pucuk, amunisi 29
butir ( peluru ), 2 magasen amunisi, 1 unit mobil S-Trada Troton di
tembak, 2 Pos TNI dibakar, 1 jembatan besi dirusak, 2 gedung SD dan 1
Gedung SMP dibakar.
10) Pada tahun 2010, penembakan terhadap 1 unit pesawat udara yang
sedang melintas dan penyerangan Pos TNI
Sumber : laporan KOMNAS HAM Papua