Dari Pertemuan Masyarakat Adat Soal Penyelamatan CA Cycloop

Guna menyelamatkan CA Cycloop serta mendukung program pemberantasan illegal loging di Papua, Selasa (2/11) kemarin telah dilakukan pertemuan masyarakat adat
yang diselenggarakan atas kerjasama Dinas Kehutanan Provinsi Papua dan United Nations Office On Drugs and Crime (UNODC) Selasa (2/11) di restaurant Yougwa.

Laporan: Jimy Fitowin, Bintang Papua

Inilah Kota Jayapura yang terancam kena bencana jika saja hutan sicloop tidak dijaga dengan baik.Aktivitas warga masyarakat di sepanjang lingkar kawasan Cagar Alam Pegunungan Cycloop, saat ini benar-benar sudah mulai memprihatinkan. Bahkan dampaknya sudah bisa diprediksikan akan fatal bagi keberlangsungan hidup manusia secara keseluruhan khususnya di pusat pemerintahan Provinsi Papua, Kota Jayapura dan Kabupaten Jaya­pura. Maka Selasa kemarin telah dilakukan pertemuan masyarakat adapt.

Dari pertemuan tersebut ada beberapa item-item aktivitas oknum masyarakat yang terbilang rawan. Yakni perambahan hutan baik untuk kepentingan pemukiman, bertani, pembangunan (jalan), dan perburuan satwa terlindungi.
Daniel Toto salah satu tokoh adat dari Kampung Ormu mengaku jika kayu suang (kayu besi) saat ini terancam punah karena disikat oknum masyarakat untuk kepentingan bisnis usaha ikan bakar (arang kayu bakar).
Padahal kayu-kayu tersebut merupakan kayu yang banyak tumbuh di kawasan penyanggah hutan, untuk membendung erosi akibat durasi hujan yang berlangsung secara berkepanjangan. Selain itu kawasan pemukiman masyarakat dan aktivitasnya sudah sampai pada daerah-daerah yang sangat rawan sekali terhadap terjadinya longsor.
Menurutnya dampaknya bukan hanya pada kerusakan hutan penyanggah saja tetapi debit air yang dulunya 40 liter/detik kini hanya tinggal 2 liter/perdetik akibat debit air yang menurun.
Sementara itu Amos Ondi, salah satu tokoh adat dari Sentani mengatakan bahwa aktivitas-aktivitas penggalian golongan C saat ini sudah memprihatinkan, pasalnya di beberapa titik areal yang berada di Sentani saat ini sudah sangat parah dan sangat rawan sekali terjadi longsor jika hujan lebih dari 1 jam.

 

Selain itu ada tanah-tanah adat juga yang dipergunakan dengan status yang tidak jelas alias tidak pernah ada pelepasannya dari pihak adat sementara tanah tersebut telah dipergunkan oleh kelompok adat tertentu.
Sementara itu Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Papua Marthen Kayoi S.Hut kepada Bintang Papua mengatakan bahwa tujuan dilaksanakan kegiatan tersebut untuk menindaklanjuti beberapa kegiatan sebelumnya dalam rangka penyelamatan CA Cycloop. Dimana ide-ide cemerlang yang telah diperoleh dari tokoh-tokoh adat tersebut akan disingkronkan dan dipertimbangkan untuk segera diambil langkah penyelamatan.
Menurut Kayoi juga bahwa dalam kesempatan tersebut pihaknya telah memberitahukan kepada masyarakat yakni sebuah gerakan penanaman pohon bambu kuning di beberapa areal yang merupakan batasan aktivitas masyarakat sepanjang kawasan CA Cycloop.**