Anggota KORK tengah memberikan keterangan pers kepada wartawan Kamis (18/11) bertempat di Prima Garden AbepuraJAYAPURA—Pertikaian kelompok warga yang terjadi di Kampung Yoka, tidak luput dari perhatian Wakil Ketua I DPRP Yunus Wonda.  Terkait de­ngan aksi rusuh tersebut, ia menghimbau seluruh warga Kota Jayapura agar   tak terpancing pihak-pihak  lain yang ingin memperkeruh   suasana  dan ingin menghancurkan tatanan kehidupan antara warga Pegunungan dan pesisir  yang menjurus ke SARA (Suku Ras Agama).
“Hal-hal  ini mengarah kepada  SARA,  maka tak boleh terjadi lagi. Semua orang harus menahan diri dan mari kita lakukan penyelesaian ini secara bijaksana. Semua itu harus dihentikan dan tak boleh lagi ada perpecahan diantara orang Papua apapun alasannya orang Papua tetap satu,” kata wakil Rakyat asal Pegunungan ini  kepada Bintang  Papua di ruang kerjanya, Kamis (18/11) kemarin. Dia menandaskan, pertikaian yang terjadi memberikan pelajaran  bagi semua warga di Papua untuk tetap menjaga kesatuan sebagai orang Papua  agar keharmonisan yang sudah dijalin dan berjalan dengan baik sesama orang Papua.

Karena itu, lanjutnya, Kepala Suku Yoka dan Kepala Suku Wamena diminta untuk proaktif  menuntaskan pertikaian antar warga Kampung Yoka dan Suku Wamena   yang  terjadi di Kampung Yoka, Distrik Heram, Kota Jayapura, Rabu (17/11) sekitar pukul 07.30 WIT.   “Pertikaian tersebut  hendaknya diselesaikan secara adat melalui Ondoafi  Yoka  serta Kepala-Kepala Suku  masing-masing di Jayapura  termasuk kepala suku dari Pegunungan, “ ujar mantan pilot ini.  
Dia juga  mengatakan, sebagai  anak  Pegunungan sekaligus pimpinan DPRP pihaknya menyampaikan permohonan maaf yang sebesar- besarnya  kepada masyarakat Kampung  Yoka  atas kejadian  yang dilakukan warga Pegunungan  yang  mengakibatkan kerugian moril maupun  material.
Menurutnya,  pihaknya yang juga sebagai anak daerah yang berasal dari Pegunungan sangat prihatin atas kejadian tersebut. Pasalnya, di era seperti ini masih ada sesama orang Papua saling memojokan, saling menghina satu sama lain serta saling mencari kelemahan satu suku dengan satu suku yang lain.
Karena itu, lanjutnya, pihaknya mengharapkan  seluruh warga untuk segera mengatasi masalah ini agar orang-orang yang terlibat didalamnya tetap dipanggil dan diproses, terutama oknum yang memulai menyanyikan lagu dan yang membuat musik, hingga melakukan rekaman nada dering tersebut, harus secepatnya ditahan dan di selidiki. 
“Apa maksud serta motivasi dia, dan apakah itu keluar dari memang pribadi dia, atau kah memang ada pihak lain yang memboncengi dia. Kepolisisan untuk bisa menyelidiki kasus ini sampai tuntas, sehingga hal-hal seperti kejadian kemarin tidak terulang lagi,“ tandasnya.
Politisi Partai Demokrat Papua ini juga  mengatakan, pihaknya sangat mengharapkan agar peristiwa yang terjadi di Yoka tak terus menjadi persoalan diantara sesama orang Papua, tapi mari kita duduk bersama-sama menyelesaikan masalah ini dengan cara kekeluargaan, antara masyarakat dari Pegunungan dengan masyarakat Yoka.

Terpisah, Pengamat Politik Papua Lamadi de Lamato yangb dihubungi  menegaskan pertikaian di Kampung Yoka ada motif politik dibalik ini semua terkait masalah Pemilihan Gubernur (Pilgub) Provinsi Papua. Pasalnya, Pilgub hari ini  yang paling kuat itu adalah figur orang gunung.  Aktor politik dibalik pertikaian ini ingin mengatakan bahwa  orang gunung memimpin Papua negeri ini berbahaya.
“Seolah olah gunung tak bisa diajak hidup dalam peradaban yang baru. Seolah olah orang gunung itu belum  bisa memimpin. Seolah olah Papua diberi kesempatan bagi orang gunung memimpin  itu berbahaya,” kata Penulis Buku Jalan Terjal Anak Koteka Meretas Impian, Biografi  Perjalanan Politik Lukas Enembe 
Menurut dia, stigmatisasi kepada siapapun   terutama kepada orang gunung itu tak boleh dilakukan.  Stigmatisasi ini  merugikan figur  tertentu dari gunung apalagi menjelang Pilgub Provinsi Papua.  “Jangan mengasosiasikan bahwa pelaku kejahatan  yang selama ini terjadi di Kota Jayapura adalah orang gunung. Padahal tak semua orang gunung adalah pelaku kejahatan. Hal ini menunjukan orang gunung masih tetap distigmatisasi,” ucapnya.


BB Diamankan, Lokasi Yoka Masih Siaga Satu
Sementara itu dari hasil olah TKP kemarin, diketahui dari aksi rusuh itu mengakibatkan 35 rumah terbakar, 59 rumah rusak berat, 2 mobil terbakar dan 2 mobil lainnya rusak berat serta 12 motor habis terbakar.
Selain itu, juga terdapat satu korban dari suku wamena yang terkan senapan angin dan kini dirawat inap di Rumah Sakit Dian Harapan, sementara tiga orang dari masyarakat Yoka juga mengalami luka-luka.
Hal itu diketahui dari hasil olah TKP, pagi kemarin yang dipimpin Kanit Reskrim Polsek Abepura, IPDA Unding Alimudin, S.Sos, bersama tim Reskrim dan dibantu satuan unit samapta Polresta Jayapura, di lokasi TKP Yoka, Waena.
Dari hasil oleh TKP itu, pihak kepolisian mengamankan Barang Bukti (BB) berupa aset-aset masyarakat yang masih tersisa di lokasi TKP. Akibat amarah yang tak terkendali dari hasil keisengan pemuda, yang ingin mengkaryakan bakatnya melalui musik Hand phone bernunsa regee dengan judul wamena ganteng.
Hingga kini situasi Yoka aman terkendali, namun masih terlihat aparat keamanan yang berjaga-jaga di lokasi TKP. “Hingga kini kondisi Yoka aman terkendali,namun kita masih mensiaga satukan lokasi guna mengatisipasi dari serangan susulan,” ungkap Kapolsek Abepura, AKP Kristian Sawaki melalui Kanit Reskrim Abepura, IPDA Unding Amalimudin,S.Sos kepada wartawan di ruang kerjanya kemarin.(as/mdc/don)