Pandam XVII/ Cenderawasih, Brigjen TNI Erfi Triassunu  saat diwawancara wartawan usai coffee morning di gedung Negara Sabtu (19/11).JAYAPURA-Adanya pernyataan dari kelompok Solidaritas Demokrasi dan Ham Rakyat Papua (SDHRP)  yang menyebut adanya keterlibatan pihak lain, seperti BIN dalam konflik di Yoka, kembali ditepis Pangdam XVII/Cenderawasih Brigjen TNI Erfi  Triassunu. Dikatakan, pihaknya tak yakin apabila muncul tudingan keterlibatan BIN dan BAIS dalam insiden di Kampung Yoka, Distrik Heram, Kota Jayapura, Rabu (17/11) sekitar pukul 07.30 WIT,  yang berakibat 35 rumah dan 3 unit mobil, serta 4 unit sepeda motor habis dibakar dan dirusak. Bahkan Pangdam mengatakan BIN sebagai aparat negara tidak mungkin bertindak ceroboh seperti itu. “ Tindakan bodoh kalau dikatakan BIN terlibat,“tegasnya.

Untuk diketahui, tindakan ini dipicu oleh beredarnya sebuah lagu yang dibuat oleh beberapa orang remaja/pemuda yang menghina sekelompok  masyarakat yang tinggal di kompeks Expo, Waena sebagaimana disampaikan Solidaritas Demokrasi dan HAM Rakyat Papua (SDHRP) dan Eknas Front PEPERA bersama mahasiswa dan pemuda asal Pegunungan.

Hal ini diungkapkan Pangdam XVII/Cenderawasih Brigjen TNI Erfi Triassunu  disela sela acara cofee morning bersama Gubernur Provinsi Papua Barnabas Suebu SH yang juga dihadiri  Wagub Provinsi Papua Alex Hesegem SE,  Kapolda Papua Irjen (Pol) Bekto Suprapto MSi, Danlantamal X Jayapura Laksamana TNI Uus Kustiwa, Komandan Lanud Jayapura Kolonel Pnb Andi Heru Wahyudi, Penjabat Walikota Jayapura Drs Eliser Renmaur  serta insan pers di kediaman Gubernur, Gedung Negara, Jayapura, Sabtu (20/11).

 

Pangdam meningangatkan berbagai pihak untuk tidak cepat menuding adanya keterlibatan intelejen dalam insiden di Kampung Yoka. Sebab terbukti sampai saat ini pihaknya belum mendapatkan  fakta terkait insiden ini, karena hal ini sangat berbahaya, apabila ia secara sepihak membuat kesimpulan dan analisis, serta menyampaikan statement seperti itu tanpa disertai fakta akurat.

„Kalau indikasi  itu saya pikir  ada mungkin,  kecil. Kemungkinan ada yang ingin  mengadu domba itu alangkan bodohnya. Koq dia membuat situasi seorang intelejen aparat negara. Nggak mungkin ada itu pasti bukan kelompok intelejen. Saya mau katakan itu tindakan bodoh kalau benar BIN terlibat. Mungkin ada kelompok  yang nggak senang di politik tapi saya belum dapat fakta,“ katanya sembari mengaku ia sebelumnya cukup lama bertugas di BIN, BAIS serta Kopasus.

Sementara itu ketika disinggung  mengenai peristiwa  video kekerasan dan penyiksaan yang melibatkan aparat TNI, Pangdam menyatakan, dampak dari video kekerasan dan pemeriksaan tersebut  akan ditindak tegas  sesuai aturan hukum yang berlaku. „Kami kecewa karena disatu pihak ia ingin membawa citra TNI, tapi  gara gara perbuatan seorang anak buah dapat merusak citra TNI,“ katanya. (mdc)