“Kasus- kasus penembakan dengan tuduhan kepada TPN-OPM ini semua mirip dengan skenario yang sering terjadi sebelumnya. Yaitu aparat TNI-Polri  sendiri bermain kemudian menuding warga Papua dan Organisasi Papua Merdeka (OPM)),” ujar Wilson di Timika, Selasa (7/12) kemarin  seperti dikutip Jubi Online.

Menurut Wilson, skenario TNI-Polri hampir terjadi di seluruh tanah Papua, sehingga rakyat di pihak yang lemah tak berani bersuara, meneriakkan kebenaran.

“Rakyat takut bersuara karena nanti dibilang melawan pemerintah, seperti kasus penembakan warga sipil di Nafri Jayapura beberapa waktu lalu,” kata Wilson.

Wilson juga mengatakan, kejadian poenyerangan di Nafri sangat tidak masuk akal bila itu dituding kepada TPN/OPM. ”Dokumen rencana serangan dan peta seperti tidak mungkin. Ditemukan pun sangat tidak masuk akal,” cetusnya.

Penyerangan oleh sekelompok penembak misterius di Nafri, Minggu (28/11) lalu menewaskan 1 orang dan melukai 5 orang lainnya. Para korban adalah warga non Papua.

TNI-Polri yang tidak mampu menemukan pelaku kemudian membalas pembunuhan terhadap warga non Papua itu dengan menembak mati seorang pemuda Papua, Miron Wetipo, Jumat (03/12) lalu.

Miron  adalah seorang narapidana yang kabur dari LP Abepura dan melintas di Tanah Hitam, tepat di sekitar rumah milik seoran gpetani bernama Dani Kogoya yang sedang digerebek. Dia ditembak dengan tuduhan menyerang TNI-Polri dengan senjata tajam.

Sejumlah amunisi, senjata tajam dan dokumen penyerangan kemudian ditemukan di rumah Dani Kogoya. Berbagai kalangan meragukan barang bukti tersebut.

Dalam penggerebekan di rumah Dani Kogoya, TNI-Polri menangkap Yus Jikwa (23), Itok Tabuni (23), Elmin Jikwa (27), Lani Boma (24), Maluk Tabuni (21), Nalius Jikwa (26), Matius Siep (21) dan Kagoyanak Jikwa (25).

Penggerebekan, penangkapan dan penahanan  ke-8 pemuda tidak bersalah bersama sejumlah barang bukti “titipan” Brimob itu sempat menjadi pemberitaan media massa yang cukup hangat, dimana beberapa media massa nasional langsung menuduh mereka sebagai anggota OPM dan teribat penyerangan Nafri.

Polda Papua akhirnya melapaskan ke-8 pemuda yang ditahan sehari kemudian, Sabtu (4/12) karena tekanan beberapa LSM dan keberhasilan Polda Papua dalam menetapkan Dani Kogoya sebagai kambing hitam penyerangan Nafri berdasarkan dokumen palsu yang mereka buat sendiri.

Saat ini Polisi terus berusaha memburu Dani Kogoya, petani biasa yang berhasil dijadikan kambing hitam dalam kasus penyerangan warga sipil di Nafri.

Sebagimana diketahui, kasus Pelanggaran HAM oleh aparat TNI-POLRI cukup berat di Papua sehingga aksi-aksi kriminal perlu dilakukan untuk menyudutkan OPM di muka Internasional.