S.M. Paiki: Apa yang Mereka Lakukan Seijin Saya

Jayapura-Menyusul penangkapan 8 orang Pro Bangsa Melanesia saat peringatan Hari Kemerdekaan ‘Bangsa Melanesia Barat’ di panggung depan Kantor Penerangan Manokwari, dan enam orang diantaranya hingga berita ini diturunkan masih ditahan di Mapolres Manokwari, diprotes. Sebab menurut Drs. S.M. Paiki sebagai tindakan yang salah.   Menurut Paiki yang mengaku sebagai Pemimpin Umum/Penanggungjawab Republik Bangsa Melanesia Barat tersebut, yang paling bertanggungjawab adalah ia. “Pernangkapan dan penahanan kepada mereka seharusnya tidak dilakukan. Karena mereka telah berkoordinasi dengan saya. Dan saya yang mengijinkan untuk memperlihatkan bendera Bintang 14 kepada massa,” ungkapnya kepada wartawan dalam jumpa perss di kediaman Pdt. Beny Giay, kamkey, Abepura Senin (20/12).   Dikatakan, segala yang dilakukan adalah atas restunya. “Yang penting jangan kibarkan menggunakan tiang. Karena itu ada waktunya. Jadi kalau mau tangkap, tangkapo saya, jangan mereka,” katanya.

Diceritakan, enam orang yang masih ditahan di Polres Manokwari, masing-masing Melki Bleskadit, Alex Duwiri, John Wilson Wader, Yance Keyam, John Raweyai, dan Peneas Sorongon. “Mereka hanya kasih tunjuk ini lho bendera bintang 14. Sesaat saja kemudian langsung dilipat kembali. Tidak lama kemudian baru datang sekitar 20 anggota Polres Manokwari menangkapnya,” ceritanya.
Dikatakan, selain enam orang tersebut juga ada dua orang lagi salah satunya Simon Banundi dan satu orang rekannya yang malamnya langsung dibebaskan. “Dalam perjalanan menuju ke Polres, anggota polisi sempat memukul muka dan perut Alex dan Melki hingga memar. Tindakan tersebut saya nilai tidak manusiawi. karena hal itu justru menurunkan kredibilitas kepolisian secara institusi saya sebagai pemimpin umum/penanggungjawab Negara Republik Melanesia Barat menyatakan,” tegasnya. 
Karena itu, ia menyatakan bahwa pemukulan yang dilakukan aparat kepolisian tersebut sebagai satu kegagalan Kapolres sebagai pemimpin yang memimpin dua bangsa yang ada di Tanah Papua. “Saya meminta kalau perlu Kapolres diganti karena itu sebagai satu kegagalan seorang pemimpin dua bangsa, yaitu bangsa Indonesia dan Melanesia,” ungkapnya.(aj/don/03)