Gempa Tsunami  di Jepang, Resah di Papua

Bukan hanya salah satu gempa terbesar dalam 20 tahun terakhir. Gempa berkekuatan dashyat 8,9 SR yang terjadi di Jepang, Jumat (11/3/2011) siang, tercatat sebagai gempa terbesar sepanjang sejarah yang pernah terjadi di Negeri Sakura itu, saking besarnya kepanikan yang ditimbulkannya sampai menular ke Tanah Papua. Bagaimana kondisinya?

Oleh: Walhamri Wahid, sonny, Dias, Makawaru

Suasana di Terminal Entrop tampak panik setelah muncul isu akan terjadi tsunami di Kota Jayapura. Gambar diambil Jumat (11/3) kemarin.

Suasana di Terminal Entrop tampak panik setelah muncul isu akan 
terjadi tsunami di Kota Jayapura. Gambar diambil Jumat (11/3) kemarin.

Kota ombak Sarmi seperti kota sunyi, kota kecil yang berada di Kabupaten Sarmi Provinsi Papua itu ditinggal hamper separuh penghuninya mengungsi ke Kota Baru Petam pasca maraknya pemberitaan di TV Nasional bahwasanya gempa dan tsunami akan menular hingga ke daerah timur Indonesia.

 

Pemda setempat meski sedikit terlambat sudah ebrupaya menyediakan truk – truk untuk mengangkut warga yang berniat mengungsi, hingga pukul 10.00 WIT dari pantauan Bintang Papua warga masih berkumpul di Kota Baru Petam di seputar Kantor Bupati, meski sudah ada pemberitaan resmi dari BMKG lewat TV bahwa ancaman tsunami sudah dicabut.  Demikian juga di Pantai Dok II yang berada tepat di depan Kantor Gubernur Provinsi Papua, sejak pukul 18.00 WIT sudah mulai tampak lengang, kawasan yang biasanya dipadati oleh para pedagang makanan maupun para muda – mudi yang nongkrong menikmati hawa laut sore itu terlihat sunyi, hanya satu dua orang saja yang terlihat memantau dan ingin memastikan apakah ada perubahan dari air laut, apakah pasang atau surut.  Lantaran panik dengan isu yang tersebar melalui SMS maupun pemberitaan di TV yang mengatakan gempa dan tsunami di Jepang diperkirakan akan terjadi gempa dan tsunami di Maluku Utara dan Jayapura, maka ratusan warga terutama yang mendiami kawasan Pantai Hamadi dan sekitarnya tampak berduyun duyun berdiri di pinggiran jalan membawa tas pakaian untuk mengungsi kerumah kerabat yang berada diatas ketinggian pada Jumat (11/3) malam. 
Bintang Papua menyaksikan suasana Kota Jayapura yang biasanya hidup dan bergairah sontak sepi bagaikan kota mati. Sejumlah pertokoan disepanjang jalan Ahmad Yani, Jalan Irian serta Jalan Sam Ratulangi seketika tutup.
Gelael Super Market yang biasanya ramai dikunjungi tertutup rapat. Warga yang berdomisili di sekitar Pelabuhan Jayapurapun mengemas segala perlengkapan mengungsi ke lokasi lain.
Di Terminal Entrop, puluhan kendaraan yang biasanya melayani warga terpaksa menghentikan kegiatannya menyebabkan puluhan penumpang terlantar tidak tahu mau kemana. Di Kawasan Kelapa Dua Entrop terlihat antrian panjang kendaraan bak terbuka yang mengangkut kerabatnya mulai perempuan dewasa dan anak anak mengungsi.
Sementara itu hasil pantauan Wartawan Bintang dari Kota Jayapura pukul 22.00 WIT menyebutkan, pukul 20.20 dibunyikan sirine peringatan beberapa kali di Teluk Yos Sudarso Jayapura, menyebabkan masyarakat yang berkendaraan tampak ngebut karena panik. Debit air sendiri hanya sedikit mengalami kenaikan, sementara konsentrasi massa yang mengungsi mengamankan diri menumpuk di Kodam Angkasa, Skayland dan beberapa titik lainnya di dataran yang tinggi dianggap aman. 
Bahkan tamu Hotel Swissbel yang tepat berada di tepi laut diungsikan semalam ke Restoran Bagus Pandang yang berada di ketinggian. Tepat pukul 22.00 (10 malam) peringatakan tsunami sudah dicabut oleh BMKG.
Di Kotaraja ratusan warga sekitar mengungsi ke kompleks rumah Tongkonan milik orang Toraja yang terletak di jalan Jeruk Nipis, Kota raja, guna mengamankan diri.  Hal ini bisa dimaklumi karena letak tongkonan berada di ketinggian dekat dengan Rumah Sakit Bhyangkara.
Kepanikan serupa juga terjadi di beberapa kabupaten pesisir di Papua, dari Biak wartawan Bintang Papua melaporkan meski tidak terlalu panic namun semua warga tetap waspada sambil memantau perubahan pada air muka laut.
Di Kabupaten Yapen demikian juga, terjadi warga yang mengungsi ke tempat ketinggian maupun perumahan yang berlantai lebih dari satu. Demikian juga dari Sorong Papua Barat dan Kaimana. Sejumlha warga mengungsi ke datarang tinggi guna menyelematkan diri.
Kepanikan di wilayah timur Indonesia khususnya Papua itu berawal dari gempa yang terjadi Jepang yang dari laporan sementara seperti di update oleh media – media nasional kurang lebih 48 jiwa dan dipastikan korban akan bertambah lerbih banyak lagi melihat betapa dahsyat dampak yang ditimbulkan oleh gempa tsunami berkekuatan 8,9 richter itu.
Gempa paling mematikan di Jepang tercatat terjadi pada 1891. Gempa yang berpusat di Kanto itu hanya berkekuatan 7,9, tapi menewaskan sekitar 140.000 orang di wilayah sekitar Tokyo. Dengan kekuatan sebesar 8,9, gempa terakhir tersebut jauh lebih kuat ketimbang gempa di Kanto, namun tidak terlalu besar dampaknya bagi Kota Tokyo.
"Kami memperkirakan jatuh banyak korban dan kerusakan yang meluas," kata Kevin McCue, seismolog di Central Queensland University di Canberra, Australia, seperti dilansir situs web ABC, Jumat. Namun, jumlah korban di Tokyo diperkirakan tidak sebanyak di Kanto 120 tahun lalu karena pusat gempa saat ini jauh di utara, sekitar 376 km dari Tokyo.
Jepang yang terletak di jalur gunung api atau Cincin Api Pasifik memang termasuk wilayah yang sering terlanda gempa. Beberapa data gempa besar di Jepang yang terekam adalah gempa berkekuatan 8,5 di Sanriku pada tahun 1896 yang menewaskan 27.000 orang dan menyebabkan tsunami setinggi 25 meter. Selain itu adalah gempa Kobe yang terjadi pada tahun 1995 berkekuatan 6,9 skala richter dan menewaskan 5.502 orang.
Gempa Jepang hari ini berkekuatan 8,9 skala richter. Gempa terjadi pada pukul 14.46 waktu setempat dan berpusat di 376 km tenggara Tokyo. Gempa ini telah mengakibatkan tsunami setinggi 4 meter dan berpotensi tsunami hingga 10 meter. Peringatan tsunami diperluas hingga Pasifik, Filipina, dan Indonesia.

Gempat di Sentani
Sementara itu tadi malam sekitar pukul 11.23 Wit dari BMKG Jayapura melaporkan telah terjadi gempa bumi berkekuatan 4,8 SR terjadi di lokasi 2.54 15-140 50 BT (di darat 4 kilo meter Barat Laut Sentani Ppaua, dengan kedalaman 13 km.