Safari Politik Lukas Enembe Meresmikan Sekretariat Pemenangan di Biak Numfor (Bagian 1)



Papua yang kaya raya, namun penduduknya dari tahun ke tahun tidak pernah lepas dari belenggu kemiskinan yang berkepanjangan, hal tersebut menurut Lukas Enembe, S.IP disebabkan tidak adanya komitmen yang kuat dan sungguh – sungguh dari pengambil kebijakan untuk menolong orang Papua, selain itu belum adanya sebuah terobosan berani yang bisa menjadi daya ungkit bagi mendongkrak dan menolong orang asli Papua dari kondisi ketidakberdayaan saat ini.

 

Jumlah orang asli Papua yang miskin bisa di hitung, harus ada keberanian memberikan kepastian pendapatan dalam bentuk Jaminan Sosial Kesejahteraan Rakyat Papua (JASKESRAP) kepada orang asli Papua tiap bulannya, dengan demikian mereka akan tertolong dan akan bangkit memberdayakan dirinya sendiri untuk mandiri.
Enembe : Lewat JASKESRAP Orang Asli Papua Yang Miskin Akan Tertolong

Oleh : Walhamri Wahid

Lukas Enembe, S.IP ketika menggendong dua anakkembar dalam safari politiknya di Biak. Menurutnya kemiskinan tak hanya dengan pemberdayaan, tapi harus ditolong.

Lukas Enembe, S.IP ketika menggendong dua anakkembar dalam safari politiknya di Biak. Menurutnya kemiskinan tak hanya dengan pemberdayaan, tapi harus ditolong.

“saya sudah renungkan sejak lima tahun lalu, orang Papua tidak cukup hanya pendekatan pemberdayaan, tapi kita harus menolong mereka semua untuk keluar dari ketidakberdayaan mereka, bila mereka sudah lebih siap maka mereka bisa memberdayakan dirinya sendiri,” kata Enembe di hadapan masyarakat Biak yang menyambutnya dan memadati halaman Kantor Sekretariat Tim Pemenangan Lukas Enembe, S.IP sebagai Calon Gubernur Provinsi Papua periode 2011 – 2016. Dan satu strategi yang ditawarkan oleh Ketua DPD Partai Demokrat Provinsi Papua itu adalah memberikan Jaminan Sosial Kesejahteraan Rakyat Papua (JASKESRAP), dimana dengan terobosan ini, diharapkan akan menolong orang asli Papua untuk bisa lebih memberdayakan dirinya sendiri, karena mereka memperoleh jaminan dan kepastian pendapatan setiap bulannya.
“Orang asli Papua berdasarkan data BPS jumlahnya kurang lebih 1,5 juta orang, dari jumlah itu belum tentu miskin semua to, jadi tiap bulan kita berikan semacam tunjangan penghasilan (gaji) sampai masa periode tertentu dengan ketentuan dan syarat – syarat tertentu juga, kalau tiap bulan ada kepastian pendapatan, mereka akan tambah semangat untuk berusaha secara mandiri”, kata Enembe yang disambut tepuk tangan masyarakat yang hadir.
Hal itu baru bisa dilakukan bila dilakukan pendataan penduduk yang akurat dan sistematis oleh lembaga yang independent yang didalamnya mengakomodir unsur agama, adat, dan lembaga pemerintah kompeten, bila merujuk pada data yang ada saat ini menurutnya penuh dengan manipulasi dan tidak bisa dipertanggung jawabkan.
“dari tahun ke tahun data yang di rilis pemerintah, jumlah penduduk Papua tra` naik – naik, ini patut kita pertanyakan, karena data penduduk itu juga jadi proyek untuk kepentingan politik, keuangan dan kepentingan lainnya, jadi harus ada lembaga yang fokus mengurus data kelahiran, pernikahan, dan kematian orang asli Papua”, tegas Enembe.
Dengan adanya satu lembaga khusus tersebut, isu – isu bahwa terjadi genocide di Papua juga akan bisa di deteksi atau dibuktikan kebenarannya, karena pertambahan dan pengurangan penduduki asli Papua bisa di kontrol tersendiri.
Dengan adanya data akurat tentang penduduk miskin asli Papua maka Pemprov bisa mengucurkan dana Jaminan Sosial Kesejahteraan Rakyat Papua (JASKESRAP), dengan tepat sasaran yang penyalurannya bisa langsung ke rekening masing – masing penduduk.
Teknisnya yang sudah terbayang dalam pikirannya saat ini adalah dengan menerbitkan KTP elektronik berisi data dan sidik jari pemegang yang juga bisa sebagai ATM, menurutnya hal itu sejalan dengan program pemerintah pusat yang tengah mengembangkan KTP elektronik di tingkat nasional.
“kita akan rancang sistemnya, karena secara aturan sudah ada dasar hukumnya, di dalam UUD 45 jelas di nyatakan anak terlantar, dan orang miskin di tanggung oleh negara, tinggal kita godok di tingkat DPRP, dengan semangat Otsus, saya yakin kita mampu memberikan JASKESRAP”, tambah Enembe.
Menurut Enembe gagasan fenomenalnya itu berangkat dari pemikiran bahwa selama ini begitu banyak program dan uang yang turun ke Papua tapi rakyat Papua masih berteriak tidak merasakan dana Otsus dan menderita kemiskinan terus, karena uang yang ada masih lebih banyak di kuasai oleh para pemodal, bahkan banyak yang kembali lagi ke pusat dalam bentuk proyek – proyek.
Dirinya khawatir di masa – masa akhir kucuran dana Otsus tidak ada lagi yang bisa dirasakan oleh rakyat Papua.
Ada kekhawatiran kalau program JASKESRAP itu akan buat orang Papua jadi malas kerja dan hanya harap dana itu saja tiap bulannya, tapi Enembe membantah asumsi itu, justru sebaliknya dengan adanya kepastian pendapatan tiap bulan rakyat Papua yang miskin akan terbantu dan terpacu untuk meningkatkan kesejahteraannya.
“nelayan kita banyak yang tidak melaut lagi bila jaringnya rusak karena tidak ada uang untuk memperbaiki, mau harap hasil dari melaut hanya cukup untuk makan saja, tapi kalau ada kepastian pendapatannya tiap bulan maka dia berani meminjam di toko dulu, atau Bank juga akhirnya berani memberikan kredit karena Bank tahu ada dia punya JASKESRAP tiap bulan tinggal potong, dan orang Papua itu tidak ada yang malas tapi tidak punya peluang yang sama dengan saudara – saudara yang lain, jadi kita yang harus menolong mereka tidak cukup dengan pemberdayaan”, urai Enembe lagi panjang lebar.
Program JASKESRAP itu menurut Enembe bukanlah hal susah, yang penting ada kemauan dan kesungguhan dari para pemimpin Papua, karena orang asli Papua yang miskin bisa di hitung dan uangnya ada, bila tidak ada juga bisa di upayakan dari banyak sumber.
“tiap tahun hasil hutan kita, laut kita tambang kita diangkut ke pusat semua, kenapa kita diam saja, kita harus meminta semua regulasi dan perizinan terkait pengolahan hasil tambang dan kekayaan kita harus lewat kita semua, dan mampir di kita dulu baru ke Pusat, tidak seperti selama ini ke pusat baru kembali”, kata Enembe yang kembali di elu – elukan massa.
Dalam lawatannya ke Kabupaten Biak Numfor kali ini Lukas Enembe tidak menjanjikan masyarakat Biak akan berbagai janji yang muluk – muluk tapia dia hanya menegaskan komitmennya lagi sebagai anak adat untuk benar – benar membawa kesejahteraan itu langsung ke tangan rakyat dan dirasakan secara langsung.
“kita mengabdi dan menjadi pemimpin itu hanya sesaat, jadi untuk apa jadi pemimpin kalau kita tidak bisa meninggalkan sesuatu yang patut dikenang oleh anak cucu, kita harus membuat sesuatu yang fenomenal dalam masa tugas yang singkat”, katanya lagi.