Tiga isu utama yang didengung-dengungkan sejak masa kampanye, hingga pelantikan sebagai Bupati dan Wakil Bupati Supiori, siap dijalankan Fredrik Menufandu SH MH MM dan Drs. Yan Imbab,

Oleh : Hendrik R Hay


Sabtu (21/5), ribuan masyarakat Supiori dari berbagai penjuru, Supiori, dari pulau-pulau kecil di Supiori, kembali memadati pelataran parkir Gedung DPRD Supiori yang terletak di pinggiran hutan cagar alam Supiori. Ini merupakan yang kedua kalinya bagi mereka di Supiori. Mereka datang bukan untuk berdemonstrasi. Mereka datang untuk menyaksikan dan mendengar langsung dari dekat, pengukuhan pemimpin mereka, FREDRIK MENUFANDU SH MH MM sebagai Bupati Supiori dan DRS. YAN IMBAB sebagai Wakil Bupati Supiori untuk periode tahun 2011-2016. Walaupun cuaca sedikit tidak bersahabat. Hujan rintik-rintik mulai menyirami Tanah Wombonda, namun mereka tidak beranjak, berdesakan, membanjiri halaman parkir DPRD Supiori.

Nyanyian, serta bunyi seruling dan pukulan tifa pun terdengar dari jauh. Pelantikan yang dilakukan pukul 16.00 WIT itu. Merubah halaman di sekitar gedung DPRD yang hari-harinya sepih menjadi sibuk. Terbayar sudah, perjalanan yang panjang dan melelahkan itu. Kini Fredrik Menufandu dan Yan Imbab telah menjadi Bupati dan Wakil Bupati
Supiori. Melalui suatu rapat paripurna istimewa yang digelar DPRD Supiori untuk kedua kalinya, dan disaksikan Gubernur Provinsi Papua,
DR Barnabas Suebu serta ribuan mata masyarakat Supiori. Fredrik Menufandu dan Yan Imbab mengucapkan sumpah janji mereka. Mereka
berjanji dan bersumpah untuk membangun rakyat mereka menjadi rakyat yang madani di Bumi Cenderawasih bahkan Nusantara tercinta.
“Tidak ada alasan lagi untuk membiarkan rakyat Supiori tinggal dalam kemiskinan, kebodohan, keterisolasian dan ketertinggalan. Kalian
berdua harus bisa membawa mereka keluar dari kungkungan ini. Membawa mereka ke jalan yang lebih baik, karena kalian berdua adalah pemimpin
mereka, orang tua mereka,” ingat Gubernur Provinsi Papua, DR Barnabas Suebu, saat pelantikan.
Ketegasan Gubernur Papua ini, jika dipikir-pikir, ditimbang-timbang, memang tidak mudah, tidak segampang membalikkan telapak tangan. Namun
itulah beban yang harus dipikul, yang harus dipikirkan dan harus dilaksanakan oleh mereka. Fredrik Menufandu, pernah berkata “Saya
malu, karena kampung halaman saya (kabupaten Supiori) selalu dijuluki kabupaten pelita. Ini pukulan yang memotivasi saya, untuk harus bisa
membalikkan sindiran itu. Saya bisa, rakyat saya bisa dan Tuhan pasti menolong saya,” terus terngiang-ngiang dalam pikiran dan impiannya.
Lantas dimulai dari mana saja pekerjaan besar itu. Ya, Fredrik Menufandu dan Yan Imbab memandang perlu untuk menerapkan secara sungguh-sungguh tiga pilar pembangunan masa kini, sebagai perwujudan dalam rangka penciptaan tata kelola pemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa di hadapan masyarakat (good governance). Hal ini tentu tidak lepas dari Visi dan Misi mereka yang mampu menghantarkan mereka ke kursi Bupati dan Wakil Bupati Supiori. Secara garis besar ada tiga komponen utama reformasi pemerintahan yang diagendakan oleh mereka,
ketiga komponen itu adalah reformasi birokrasi, reformasi keuangan serta percepatan pembangunan infrastruktur dasar.
“Inilah pekerjaan terbesar kami yang akan kami lakukan. Jika tiga komponen ini berhasi kami dilakukan, maka untuk mewujudkan visi dan
misi kami, yang sasarannya adalah rakyat Supiori, tidak susah,” ungkap Fred.
Untuk reformasi birokrasi. Fred dan Yan sapaan akrap Yan Imbab, akan melakukan secara sungguh-sungguh dan ketat. Belajar dari Bas Suebu
“menempatkan orang yang tepat pada posisi yang tepat pula” diyakini mampu menjawab kebutuhan pembangunan di Supiori. Oleh karena itu, bagi
Fred dan Yan, bukanlah hal yang sulit, untuk menempatkan orang yang sesuai dengan tupoksinya. Sehingga percepatan pembangunan masyarakat
Supiori yang hanya berjumlah kurang lebih 15 ribu jiwa ini, juga yang secara geografis i imudah dijangkau dapat terwujud. Salah satu
kelebihan dari rakyat Supiori adalah keinginan membangun bersama-sama Pemerintah. Oleh karena itu, sudah menjadi kewajiban aparatur pemerintah, untuk melayani mereka semua. Pendidikan dan kesehatan mereka harus benar-benar tercukupi, sehingga apapun yang dikerjakan
pemerintah berhasil. Terkait disiplin PNS Supiori yang banyak menjadi sorotan, bagi mereka berdua, aturan kepegawaian yang mengatur tentang
PNS akan benar-benar diterapkan. Data base kepegawaian Supiori yang selama ini menjadi keluhan PNS akan dibenahi. Kesejahteraan PNS pun
akan ditingkatkan.
Ujung tombak pemerintah ada di kampung-kampung, sehingga bagi Fred dan Yan, menempatkan aparat pemerintah di kampung-kampung merupakan solusi
pembangunan menyeluruh yang jitu dan mujarab. “Pemerintahan di tingkat kampung harus perkuat”. Jika Penjabat Bupati Supiori menganggarkan
dana bagi masyarakat Supiori yang tersebar di 38 Kampung di lima distrik, masing-masing lima ratus juta rupiah, maka Bupati Devinitif
Fredrik Menufandu, tanpa segan-segan memberikan satu miliar rupiah ke setiap kampung.
“RESPEK sudah terbukti berhasil. Apa yang dikerjakan Pak Bas, akan kami teruskan dan kami perkuat. Ini semua untuk masyarakat kami di
Supiori, harus ada pembaharuan, di tingkat birokrasi dan anggaran, karena sasarannya cuma satu rakyat Supiori sejahtera rohani dan
jasmani,” ungkap Fred.
Sementara untuk reformasi di bidang keuangan. Satu hal mutlak yang harus dicapai pemerintahan mereka adalah melakukan lompatan besar
terhadap peningkatan kesejahteraan rakyat di Supiori. dengan dana yang besar,. Total APBD Supiori di tahun 2011 mencapai limaratus miliar
lebih, sehingga mustahil jika rakyat tidak sejahtera. Oleh karena itu, Fred dan Yan memandang perlunya menyusun suatu
Rencana Induk Percepatan Pembangunan Supiori (Grand Strategy ) yang tetap mengacu pada Rencana Induk Percepatan Pembangunan di Provinsi
Papua. Dengan Rencana Strategis tersebut, setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) diwajibkan menyusun program dan rencana
pembangunan sebagai modal untuk membuat Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah. Fred
mengatakan hingga saat ini “Supiori belum memiliki RPJMD,” hal inilah yang membuat kinerja aparatatur lemah, keropos dan banyak salah arah.
Sementara untuk infrastruktur. Hal itu yang hakiki yang menyebabkan pemerintahan di Supiori pasang surut serta pertumbuhan ekonomi lambat
adalah maslah pasokan listrik. “Supiori harus terang, sehingga kemerdekaan Indonesia yang ke 65 tahun sebentar lagi, juga menjadi
kemerdekaan rakyat Indonesia yang ada di Supiori, apa yang dinikmati rakyat Indonesia harus menjadi bagian dari rakyat Supiori,” kata Fred.
Dengan pemikiran yang besar serta pengalaman yang mumpuni. Kehadiran Fredrik Menufandu dan Yan Imbab di Supiori bukan hanya sekedar mengisi ruang demokrasi di Indonesia, namun lebih dari itu dapat memperkuar fondasi pembangunan Supiori yang telah diletakkan oleh pendahulu
Supiori, Drs Jules Warikar dan Julianus Mnusefer serta Helly Weror ke arah yang menjanjikan.