JAYAPURA – Menteri Pendidikan Nasional, Mohammad Nuh mengungkapkan,  bagi guru-guru yang bertugas di Perbatasan RI-PNG dan daerah-daerah terpencil akan mendapat keistimewaan. Hal itu dikatakan saat ditemui Wartawan usai meresmikan Gedung Rektorat Uncen dan Gedung Fakultas Teknik Uncen Jumat (3/6). Dikatakan,  selain perhatiannya pada fasilitas penunjang tugas mengajar, juga tunjangan serta kenaikan pangkat yang lebih cepat dibandingkan guru-guru yang bertugas di perkotaan.  “Setelah mengunjungi Sota (perbatasan RI-PNG di Kabupaten Merauke, red) kemarin, bahwa ada bebrapa yang perlu kita genjot lagi, dorong lagi. Yang pertama tentu adalah infrastruktur, meskipun ada dan relatif baik, tapi perli ditingkatkan,” ungkapnya.   Yang kedua, menurut Mendiknas adalah ketersediaan guru, baik aspek kualifikasi maupun kuantitasnya.

“Kami sudah meminta kepada Universitas Musamus Merauke untuk memperhatikan guru-guru di sana yang belum sempat melanjutkan pendidikannya ke S1 untuk sekolah lagi. Kalau sekolahnya di Merauke kan dekat,” ujarnya.
Untuk kesejahteraan guru, dikatakan Departemen Pendidikan Nasional juga akan memberikan insentif khusus. “Mungkin kira-kira sebesar satu kali gaji, Rp 1 juta lebih. Terus juga kita berikan karir. Kalau guru biasa di perkotaan empat tahun baru bisa naik pangkat, bisa jadi di daerah-daerah perbatasan dan daerah terpencil tidak harus menunggu sampai empat tahun,” terangnya.
Yang ke tiga, kata Mendiknas adalah dukungan moral. “Kemarin saya lihat dari Merauke ke Sota itu, perjalanan cukup jauh dan tidak ada sinyal hand phone. Itu kalau tidak ada ketahanan kokoh, akan gampang putus asa. Oleh karena itu perlu kita beri dukungan moral, dukungan fasilitas, dukungan karir,” ungkapnya.
Ia juga berharap dalam waktu dekat akan ada perubahan besar untuk sekolah-sekolah di wilayah Perbatasan. “Tapi insya Alloh kita genjot daerah-daerah perbatasan itu, sehingga dalam waktu dekat sudah ada perubahan yang cukup signifikan,” harapnya.
Kunjungannya ke Perbatasan RI-PNG, menurut Mendiknas, untuk lebih merasakan apa yang menjadi keluhan para pahlawan tanpa tanda jasa di wilayah Perbatasan dan daerah terpencil. “Karena untuk melihat segala sesuatu itu tidak bisa kita hanya melihat laporan tertulis. Kita tidak bisa merasakan detak yang dirasakan masyarakat,” ujarnya.
Dalam kunjungan tersebut, mendiknas juga mendapati adanya warga PNG yang menempuh pendidikan di Indonesia, baik itu tingkat SD, SMP maupun SMU.
“Dan kami sangat bersyukur banyak sekali orang-orang PNG yang sekolah di Indonesia, baik di SD, SMP maupun di SMU.  Bahkan ada pertanyaan apakah di sini boleh menerima siswa dari orang-orang PNG, boleh. Apakah mereka boleh menerima dana BOS, boleh, karena kita ingin membangun hubungan people to people (antar masyarakat),” paparnya.