JAYAPURA -  Pengumuman SNMPTN (Seleksi Nasional Mahasiswa Perguruan Tingi Negeri), yang dilakukan Kamis (30/6) kemarin, disambut aksi demo dengan melakukan pemalangan Kampus Uncen Baru, Waena. Pemalangan dengan menutup palang pintu gerbang dan membuat api unggun di tengah jalan tersebut,  dikoordinir Ketua Himpunan Mahasiswa Tolikara dan didukung BEM Fakultas Hukum Uncen.

 

Situasi aksi demo di Gapura Uncen Waena, dengan membuat api unggun kecil di tengah jalan



Situasi aksi demo di Gapura Uncen Waena, dengan membuat api unggun kecil di tengah jalan

Dalam aksinya yang dimulai sekitar pukul 10.00 WIT kemarin, sebagaimana aksi-aksi demo, yakni dengan melakukan orasi-orasi dengan megaphone, seta menempelkan pamflet yang isinya tuntutan kepada Rektor Uncen.   Salah satunya berbunyi ‘mengapa dari tahun ke tahun penerimaan mahasiswa asli Papua kurang dari 20 persen. sedangkan non Papua 80 persen. dibalik ini ada sesuatu ... lembaga harus bertanggungjawab. pak rektor... kami minta janji bapak kemaring bahwa tahun besok mahasiswa Papua diambil 80 persen dibanding dari luar’. Ketua Himpunan Mahasiswa Tolikara, Terius Wakor, selaku koordinator lapangan aksi demo tersebut mengatakan bahwa aksi tersebut guna menagih janji Rektor Uncen Prof. Dr. B Kambuaya,MBA, yang menurutnya pernah berjanji akan memprioritaskan penerimaan mahasiswa asli Papua di Uncen dengan prosentase 80 persen mahasiswa asli Papua dan 20 persen mahasiswa pendatang.
“Kami sebagai mahasiswa asli Papua merasa kecewa, karena bapak Rektor janjikan akan prioritaskan mahasiswa asli Papua 80 persen. Namun kenyataannya, mahasiswa asal papua yang diterima 5 persen,” ungkapnya didampingi sejumlah rekan-rekannya kepada Wartawan di sela-sela melakukan aksi demonya.
Sedangkan Thomas CH Syufi yang tampak turut dalam aksi tersebut menambahkan bahwa pihaknya sangat mendukung aksi tersebut. “Saya sendiri mewakili BEM FH (Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum) pada prinsipnya kami sangat mendukung aksi teman-teman kami yang melakukan aksi,” tambahnya.
Dengan telah diumumkan hasil yang dinilainya mengecewakan para calon mahasiswa asli Papua, dia berharap ada kebijakan yang bisa diambil Rektor guna mengakomodir mahasiswa asli Papua tersebut. “Karena tahun lalu bapak Rektor berjanji untuk penerimaan tahun ini prioritaskan mahasiswa asli Papua, sehingga kami harapkan Bapak Rektor ke depan untuk dapat mengambil kebijakan-kebijakan untuk para calon mahasiswa yang tidak lulus ini. Apakah dengan lobi-lobi atau bagaimana, yakni dengan membuka tes gelombang kedua untuk masuk sebagai mahasiswa Uncen,” terangnya.
Sementara itu, Pembantu Rektor I Drs. Festus Simbiak,M.Pd mengungkapkan bahwa yang benar adalah bukan janji, melainkan komitmen untuk meningkatkan prosentase penerimaan mahasiswa asli Papua. “Dan hal itu hanya bisa diupayakan melalui SLSB (Seleksi Lulusan Siswa Berpotensi). Kalau melalui SNMPTN ini memang kita sangat sulit, sehingga kita mengambil kebijakan dengan melakukan penerimaan mahasiswa melalui jalur SLSB dan seleksi lokal,” jelasnya saat dihubungi Bintang Papua melalui Hand Phonennya.
Dalam program penerimaan SLSB maupaun seleksi lokal, menurut Festus Simbiak, juga masih kesulitan mencapai angka 80 persen tersebut. “Karena anak-anak kita (calon mahasiswa asli Papua) lebih banyak berada di IPS, dan sangat kurang yang mendaftar di program IPA,” terangnya.
Mengenai data penerimaan mahasiswa Uncen, Kepala Biro Administrasi Akademik, Kemahasiswaan, Perencanaan dan Sistem Informasi (Baakrensi) Uncen Drs Vince R Hallatu,MM mengatakan bahwa jumlah mahasiswa yang diterima melalui SNMPTN sebanyak 1095 mahasiswa. “Kalau mengenai daya tampung Uncen adalah sekitar 4379 mahasiswa. Sehingga sisanya penerimaan dilakukan melalui dua jalur lain,” jelasnya saat ditemui di ruang kerjanya kemarin.