Protes Penerimaan Mahasiswa Uncen Berlanjut

JAYAPURA – Aksi demo pemalangan kampus Universitas Cenderawasih (Uncen) yang pada Kamis (30/6), hanya dilakukan di Gapura Uncen Baru, Perumnas III Waena, Jumat (1/7) kemarin berlanjut hingga pemalangan kampus Uncen Abepura. Bahkan para pendemo kali ini mengancam akan membongkar kampus jika saja tuntutan mereka tidak digubris.
“Selama Pak Rektor tidak mengambil kebijakan yang memihak kami orang Papua, kami akan tetap di sini, duduki tempat ini. Dia pengambil kebijakan di Uncen. Masak tidak bisa ambil kebijakan,” ungkap Maikel Awom selaku koordinator lapangan dalam orasinya.

 

Koordinator Lapangan saat melakukan orasi
Koordinator Lapangan saat melakukan orasi
Selain itu juga dikatakan tentang keharusan adanya kebijakan hingga mencapai 80 persen untuk mahasiswa asli Papua. “Kalau tidak, kita akan bongkar kampus ini. Kita akan bongkar. Karena berdirinya kampus yang didirikan untuk orang Papua,” ungkapnya masih dalam orasinya. Hal senada diungkapkan Terius Wakur selaku penanggungjawab aksi demo. “Sesuai kesepakatan tahun 2010 dengan Pak Rektor, bahwa tahun 2011 diprioritaskan mahasiswa Papua. Tetapi ternyata tidak seperti yang diharapkan. Sehingga kami kecewa, sehingga bersama pimpinan organisasi lain melakukan aksi demo,” ungkapnya saat ditemui Bintang Papua kemarin.
Sekitar pukul 13.00 WIT, Rektor Uncen Prof.Dr. B. Kambuaya,MBA, bersedia menerima mahasiswa untuk berdialog di Auditorium Uncen.
Dari pantauan Bintang Papua, para Mahasiswa yang tergabung dalam
Organisasi Solidaritas Mahasiswa Uncen Peduli Generasi Papua, melakukan pemalangan Gapura Uncen Abepura dengan menggunakan ranting kayu, sambil memasang spanduk maupun pamflet, yang berisikan tuntutan kepada Rektor Uncen. 
Salah satunya berbunyi ‘Bapak Rektor tolong!! 1. Membuka pendaftaran reguler, tanpa memungut biaya. 2. Untuk lokal dan SLSB diprioritaskan anak-anak asli Papua 100 %. 3. Kalau ke-2 poin tersebut tidak ditanggapi, maka palang akan jatuh sampai masalah ini dituntaskan’.
Sebagaimana aksi demo pada umumnya, dalam demo tersebut diwarnai orasi-orasi dari aktifis kampus yang mengkoordinir jalannya aksi demo.
Dalam kesempatan tersebut Rektor Uncen memberikan penjelasan kepada para mahasiswa bahwa pada prinsipnya pihak Uncen telah berjuang untuk memprjuangkan orang asli Papua untuk masuk menjadi mahasiswa di kampus Uncen.
Dalam Seleksi Nasional Mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) telah diatur dalam peraturan Pemerintah dengan posisi 60 persen adalah seleksi nasional, dan 40 persen adalah seleksi lokal.
“ Uncen adalah Universitas Negeri, sehingga aturannya terpusat, bila ingin membuat aturan sendiri, maka lebih baik Uncen dirubah saja menjadi Perguruan Tinggi Swasta,” tegas Rektor.
dalam kesempatan tersebut, Rektor juga mengungkapkan bahwa pihaknya tetap terus berusaha menaikan prosentase perbandingan penerimaan nasional degan penerimaan lokal.
dalam pertemuan tersebut, juga dibacakan dan diserahkan pernyataan sikap dari para mahasiswa. Antara lain berisi :
- Kembalikan hak-hak anak Papua di Uncen, dengan cara menerima 90 persen anak asli Papua 10 persen non Papua.
- Pada pelaksanaan seleksi lokal & SLSB 100% harus orang asli Papua.
- Tolog rivisi kembal hiasil penenrimaan di Uncen tahun ini.
- Harus membuka kembali pendaftaran reguler guna menerima anak-anak asli Papua minimal 100 persen.
- Mengutamakan anank-anak asli Papua berdasarkan UU Otsus Tahun 2001.
- Rektor membuat perjanjian hitam di atas putih.
- Apabl tidak ditanggapi maka Uncen akan terus dipalang hingga hasil telah dikeluarkan.
Setelah menyerahkan pernyataan sikap, para mahasiswa membubarkan diri dengan tertib.