Pangdam Akui Tiga Anggota Kembali Tertembak 12 Juli


JAYAPURA-Setelah sempat terkesan sulit memberikan informasi soal insiden penembakan yang dilakukan kelompok sipil bersenjata di Mulai, Puncak Jaya,  akhirnya pihak Kodam XVII/Cenderawasih mau terbuka juga. 
Pangdam XVII/Cenderawasih, Mayjen TNI Erfi Triassunu sebagaimana dalam press release Kodam XVII/ Cenderawasih yang diterima Bintang Papua semalam, menyebutkan adanya insiden penembakan yang menyebabkan jatuhnya korban anggota TNI di wilayah Tinggi Nambut, Puncak Jaya, telah mengusik patroli prajurit TNI yang sedang melaksanakan pengamanan terhadap kegiatan Bhakti Sosial TNI yang ditujukan untuk membantu mengatasi kesulitan rakyat, sudah berjalan dua bulan.

Kegiatan pengamanan ini merupakan prosedur tetap (Protap) yang wajib dilakukan oleh prajurit pada setiap kegiatan, baik di Markas maupun di lapangan. Insiden penembakan terjadi tanggal 5 Juli 2011 dan telah mengakibatkan 2 personil TNI terluka pada bagian lengan dan kaki yang dilakukan oleh kelompok sipil bersenjata. Sedangkan pada tanggal 12 Juli 2011 kembali terjadi dan telah jatuh korban 3 personil TNI terluka di bagian kaki, lengan dan dagu. Tentang korban di pihak warga sipil, mungkin saja terjadi, dan ini tergantung kebiasaan mereka. Perbuatan kriminal kelompok sipil bersenjata telah menodai kegiatan TNI bersama-sama rakyat di daerah Mulia, Puncak Jaya, sekalipun bertujuan untuk ikut mengangkat harkat masyarakat Papua. Pendekatan dengan masyarakat telah dilakukan sebelumnya untuk menghindari gesekan dan mengetahui keinginan masyarakat, antara lain menurunkan Tim Psikologi, memang ada perbedaan pendapat tapi kami juga mendengar aspirasi masyarakat dan tokoh agama. Bahkan permintaan Pimpinan Daerah Puncak Jaya juga telah kita laksanakan untuk tidak membawa senjata saat bekerja bhakti dengan masyarakat, namun kenyataannya justru ditanggapi dengan kekerasan bersenjata oleh sekelompok warga sipil.
“Upaya yang dilakukan Kodam XVII/Cenderawasih, tetap terus melanjutkan hingga tuntas kegiatan Bhakti Sosial tersebut dan saya minta agar prajurit TNI dan masyarakat di Puncak Jaya tidak terpengaruh oleh insiden penembakan tersebut. Kondisi kondusif di Puncak Jaya tetap menjadi bagian dari komitmen “Kasih dan Damai itu Indah”. Saya tegaskan di sini, bahwa tidak ada penambahan pasukan, yang terjadi adalah rotasi atau pergantian pasukan, karena sudah saatnya pergantian. Kami juga terus melakukan penyelidikan intensif untuk menemukan pelaku kekerasan oleh kelompok sipil bersenjata guna mendukung penegakan hukum di Tanah Papua,”tegas Pangdam.

Selesaikan Konflik di Puncak Jaya, Diminta Gelar Dialog
Sementara itu, Kontras Papua, Perwakilan Komnas HAM, BUK, dan sejumlah LSM lain yang tergabung dalam Koalisi Pembela HAM Papua, mendesak kepada pihak-pihak yang dalam beberapa tahun ini terus bertikai di Puncak Jaya untuk dapat menghentikan tindakan kekerasan.   Bahkan dalam beberapa hari belakangan ini kontak tembak tersebut terjadi lagi dan menimbulkan korban baik dari aparat TNI, Polri maupun masyarakat sipil.
Desakan tersebut diungkapkan Koordinator Koalisi Pembela HAM, Mathius Murib bersama Koordinator Kontras Papua, Olha Hamadi, bahwa perlu dijalin komunikasi yang efektif antara TNI/ Polri dan masyarakat sipil bersenjata.
“Adanya kekerasan yang terjadi menimbulkan korban baik aparat maupun masyarakat sipil, karena itu kami di sini mau tegaskan bahwa hentikan kekerasan, baik oleh TNI, Polri maupun sipil bersenjata. Harus dihentikan. Tidak alasan, tidak adan pembenaran untuk angkat senjata tembak-menembak,” tandasnya saat menggelar jumpa pers di Sekretariat Kontras Papua, Kamis (14/7).
Hal itu, menurutnya bisa terwujud apabila terjalin komunikasi yang baik dan efektif. “Dan kita dorong proses hukum berjalan. Disamping itu mekanisme semacam mediasi atau dialog, itu harus dibangun. Jadi pemerintah sipil di semua tingkatan, baik di Kota dan Kabupaten, Pemerintah Provinsi maupun pemerintah Pusat harus memastikan bahwa penegakan hukum berjalan, dan mekanisme di luar penegakan hukum juga berjalan,” jelasnya.
Sehingga menurutnya, Puncak Jaya itu bisa dipulihkan, bisa dipastikan di masa depannya aman. “Kalau tidak, maka tembak-menembak akan terus terjadi. Dan warga akan hidup dari waktu ke waktu dengan rasa tidak aman di kampungnya sendiri,” lanjutnya dengan nada prihatin.
Menurutnya, dalam beberapa waktu ini pihak TNI menggelar aksi melalui bhakti sosial dengan membangun rumah, jembatan. “Itu kan baik. Cuma ini niat baik tersebut tidak didukung dengan komunikasi dengan masyarakat yang baik. Tidak konek. Karena itu kita dorong, agar warga sipil bersenjata dengan aparat keamanan ini bisa bertemu dan berdialog. Kan sama-sama warga Negara Republik Indonesia. Bukan TNI Polri dengan warga Negara asing,” terangnya.