Terkait Pemilukada Lanny Jaya

Wamena – Menanggapi tudingan pasangan calon nomor urut 2 (Befa – Berthus) bahwasanya pasangan nomor urut 3 Briyur – Solaiyen (BRISOL) telah menggelembungkan suara sebanyak 14.070 yang dilakukan pada empat distrik masing-masing distrik Makki, Distrik Dimba, Distrik Poga dan Distrik Gamelia dalam Pemilukada Lanny Jaya 24 Juni 2011, di jawab dengan tudingan balik dari pasangan BRISOL, bahwa justru pasangan nomor urut 2 yang mencoba menyuap dua PPD yakni PPD Gamelia sebesar Rp. 60 juta dan PPD Makki sebesar Rp 35 juta.

“Mereka bilang di koran ada penggelembungan suara yang kami lakukan, itu semua tidak benar, yang terjadi sebenarnya adalah upaya pembelian suara oleh pasangan nomor urut 2 Befa – Bertus dengan membayar PPD dari empat Distrik untuk menaikan perolehan suaranya dan mengurangi perolehan suara pasangan lainnya terlebih suara kami pasangan nomor urut 3 dan semuanya itu sudah ada buktinya,  bahkan uang yang diserahkan semuanya telah ditunjukkan di depan KPUD dan seluruh masyarakat Lanny Jaya sudah mengetahui hal ini, jadi kita jangan memutar balikan fakta yang ada,” tegas Briyur kepada wartawan Selasa (19/7). Menurutnya, jumlah DPT yang ada di 10 Distrik tidak pernah digelembungkan, hal ini dapat dilihat dari jumlah total suara yang masuk ke KPUD sebanyak 112.684 sesuai dengan total DPT dari 10 Distrik, jadi menurutnya tidak benar kalau pasangan nomor urut 3 melakukan penggelembungan suara sebanyak 14.070 di empat distrik.
Briur Wenda menegaskan bahwa suara yang mereka peroleh di lapangan adalah merupakan suara murni dari masyarakat yang diberikan kepadanya, sedangkan upaya pembelian suara yang dilakukan oleh pasangan nomor urut 2 tidak berhasil karena ada dua PPD yang langsung mengembalikan uang suap yakni PPD Gamelia yang mengembalikan uang pada tanggal 7 Juli lalu sedangkan PPD Makki telah menunjukan uang suap tersebut di hadapat publik pada saat pelaksanaan pleno KPU tanggal 9 Juli lalu di Tiom.
Upaya penyuapan dan tindakan pelanggaran dalam pelaksanaan Pemilukada menurut Briyur Wenda telah di laporkan kepada Polres Jayawijaya selaku Gakumdu, dan juga pihak Polda Papua untuk nantinya ditindaklanjuti oleh pihak yang berwajib sesuai dengan aturan yang berlaku.
Oleh sebab itu ia berharap jika masyarakat sudah menentukan pilihannya kepada pasagan nomor urut 3 sebaiknya pasangan lainnya tidak lagi memaksa untuk PPD merubah hasilnya karena suara masyarakat adalah suara Tuhan.
Terkait soal adanya ancaman terhadap para kandidat dan anggota KPU seperti yang dikatakan oleh Befa Yigibalom, menurut Briyur Wenda hal ini tidak benar sama sekali karena masyarakat tidak pernah mengancam tapi yang ada sebenarnya adalah masyarakat Distrik menuntut dikembalikannya suara milik pasangan nomor 3 Briyur – Solaiyen sebanyak 12.000 yang telah diberikan oleh masyarakat Balingga kepada pasangan nomor urut 3 yang diantar ke KPU pada tanggal 29 Juni 2011 lalu.
“perolehan suara tersebut telah dirubah oleh pasangan nomor urut 2 dengan masuk ke kantor KPU dan merubah dokumen Negara yang ada di KPU, dan ini merupakan salah satu tindakan melanggar hukum yang harus ditindak tegas oleh pihak aparat penegak hukum”, kata Briur Wenda kepada wartawan.
Dengan demikian Briyur mengatakan terkait dengan surat yang dikeluarkan KPU Lanny Jaya pada tanggal 13 Juli lalu bukan karena KPU diancam tapi karena KPU dituntut oleh masyarakat supaya mengembalikan suara rakyat Balingga kepada pasangan nomor urut 3.
Menurut Briyur suara yang dari distrik Balingga sudah dimasukkan dan dicatat di white board (papan putih) di kantor KPU yakni 12.000 suara untuk Briyur – Solaiyen tapi sekitar tanggal 5 atau 6 Juli pasangan nomor urut 2 masuk ke kantor KPU dan merubah semua itu sehingga masyarakat tuntut supaya suara dikembalikan ke pemilik asalnya, jadi jika ada yang merasa terancam maka dia telah melakukan kesalahan sehingga merasa takut dengan perbuatannya.
Briyur juga mengatakan dirinya tidak setuju bila pleno akan di lakukan di Jayapura dengan alasan tidak adanya jaminan keamanan sebagaimana keinginan 4 kandidat lainnya,
“Pemilukada yang dilakukan di Lanny Jaya adalah pemilukada Kabupaten Lanny Jaya sehingga pelaksanaan pleno harus dilakukan di Tiom sebagai Ibukota kabupaten Lanny Jaya, bukan di Jayapura karena yang melakukan pemilihan adalah seluruh masyarakat Lanny Jaya dan mereka harus mendengarkan hasilnya juga di Lanny Jaya tidak di daerah lain”, tegas Briyur lagi.
Dan soal situasi Kabupaten Lanny Jaya yang tidak aman Briyur menegaskan yang punya hak menentukan aman dan tidak suatu adaerah adalah pihak keamanan dalam hal ini Polri dan TNI bukan kandidat.
“Sebagai anak daerah kita harus bisa memberikan jaminan keamanan kepada KPU dan masyarakat supaya pelaksanaan pleno KPU bisa berjalan aman, bukan kita malah memperkeruh suasana dengan membuat pernyataan yang menyudutkan pihak lain dan membingungkan aparat keamanan” ucapnya.

Pengakuan Ketua PPD Gamelia
Nius Kogoya, Ketua PPD Gamelia kepada wartawan di Wamena Senin (19/7) menceritakan tentang upaya penyuapan terhadap dirinya yang dilakukan oleh Tim Sukses pasangan nomor urut 2 yang dilakukan di kamar nomor 8 Hotel Nayak Wamena.
“usai Pemilukada Jumat (24/6) seluruh anggota PPD Gamelia dan Panwas menuju ke Wamena Kamis (7/7) dan selanjutnya ke Tiom mengantarkan Berita Acara hasil Pleno di tingkat PPD Gamelia,  dan saat berada di kamar nomor 8 Hotel Nayak Wamena Ketua Tim Sukses pasangan nomor urut 2 Atos Yikwa datang membawa uang Rp 60 juta dan meminta kami merubah berita acar dan menambah suara pasangan nomor urut 2”, katanya.
Nius menjelaskan bahwa perolehan suara pasangan nomor urut 2 (Befa – Bertus) sebanyak 6 ribu lebih suara dari Distrik Gamelia, dan Tim Sukses yang menyerahkan uang meminta agar di tambah lagi mencapai 7 ribu suara atau 8 ribu suara, dan uang sebesar Rp 60 juta tersebut di serahkan di hadapan Panwas Distrik di dalam kamar hotel.  
”Saya tidak butuh uang itu, yang saya dan masyarakat butuh itu pembangunan, jangan-jangan kalau nanti dia (kandidat nomor 2) naik jadi bupati jelas kita akan jadi korban pembangunan karena dia akan bilang suara dari distrik Gamelia sudah dibeli, itu kami tidak mau” tuturnya kepada wartawan.