JAYAPURA – Wajah demokrasi di Indonesia, terutama dalam proses Pemilukada sering diwarnai dengan konflik, baik itu konflik yang diselesaikan melalui jalur hukum, maupun yang herus berbuntut pada tindakan anarkisme antar pendukung sang kandidat.
Bahkan terakhir di Ilaga, Kabupaten Puncak, akibat dualisme dukungan partai kepada kandidat yang akan maju sebagai Calon Bupati Kabupaten Puncak,  kedua kelompok pendukung masing-masing kandidat saling serang yang mengakibatkan 17 orang tewas. Ketua KPU Kabupaten Puncak Nas labeme,STh didampingi Frianus Kiwak (Divisi Hukum), Robert Pakage,SH,MHum (Ketua Panwaslu Kabupaten Puncak), Manase Wandik (Devisi Logistik dan Keuangan), menegaskan bahwa peristiwa kerusuhan tersebut murni berlatar belakang pada konflik internal partai.

“Persoalan yang muncul itu akibat rekomendasi ganda. Dari DPP dan DPD Partai Gerindra, memberi rekomendasi kepada  Simon Alom/Yosia Tembak. Sedangkan DPC Partai Gerindra memberikan rekomendasi kepada pasangan  Elvius Tabuni/Eri dosenai,” ungkapnya kepada wartawan di Hotel Mutiara dalam kesempatan ke jayapura untuk melaporkan ke KPU Provinsi seputar situasi terakhir proses Pemilukada di Kabupaten Puncak.
kronologi peristiwa hingga terjadi kerusuhan, menurut Frianus Kiwak, di saat salah satu kandidat datang ke KPU untuk mendaftarkan diri dengan didukung  beberapa partai yang salah satunya adalah Partai Gerindra, selang beberapa hari dating kandidat lain yang juga didukung oleh Partai Gerindra.
Karena tidak terima, sehingga kelompok pendukung dari kandidat yang mendaftar lebih awal menyerang kepada kelompok pendukung kandidat yang mendaftar belakangan.
Menyoal  tentang pentahapan Pemilukadanya, hingga saat ini pihak KPU baru sebatas menerima pendaftaran calon. “Kami belum masuk pada verifikasi kelengkapan berkas para calon, sehingga kandidat mana yang sah sebagai calon dukungan dari Partai Gerindra belum kami diketahui,” jelasnya. Jumlah kandidat yang telah mendaftarakan diri, menurut Nas Labeme sudah ada empat pasangan.  “Pertama, pasangan  Elvius Tabuni/Eri dosenai, kedua pasangan Simon Alom/Yosia tempa, ketiga pasangan Welem Wandik/Elvius Telengen. Yang ke empat adalah pasangan Ruben Waker/Septinus Pahabol, sedangkan kelima adalah pasangan Jope Murib/Yoel Jolemal.
Juru Bicara Polda Papua Kombes Wachyono mengatakan, pemicu terjadinya
rusuh itu, adalah karena dua pasangan calon saling klaim direkomendasi
oleh Partai Gerindra. ‘’Dua kubu saling klaim yang berhak atas
rekomendasi partai, inilah pemicu bentrok,’’tegasnya.
Untuk menjaga situasi kondusif dan mengantispasi jangan lagi ada bentrok susulan, tambahnya, Polda menambah 1 peleton Brimob di tambah 3 Perwira penyidik. Namun, hingga saat ini belum ada yang diperiksa. Ada rencana kedua kubu yakni pasangan ElvIs Tabuni dan Simon Alom akan diperiksa.