Tuesday, 13 DECEMBER 2011 19:15 ALMER Pits HITS: 52
 
ILLUSTRATION TNI-Police (GOOGLE.COM)
 
3
Share
Jubi --- Situation tense and mutual fire between security forces a joint military-police and the National Liberation Army / the Free Papua Movement (TPN / OPM) in Paniai, Tuesday (13/12). This is one of Indonesia's commitment to "eliminate" people of Papua, and seized property of the Papuans. It was stated Papuan activist, Romario Yatipai, Tuesday (13/12) afternoon in a press release received tabloidjubi.com.


"If there is no mission to eradicate the Papuans, it is not possible indiscriminate attacks and sieges, air or overland through Indonesia's military is done," said Yatipai.

Based on reports of West Papua National Committee (KNPB) in the region, said Yatipai, these plans have seen a few days ago, among them since Sunday (11/12) and then, Indonesia's military-led local government, Paniai Mobile Brigade Commander, and Chief of Police Paniai ordered people around Kampung Dagouto, Uwamani and Village Dei, District Paniai to flee to the center of the capital Paniai, Enarotali.

"There ratuasan residents to flee since a few days ago because the Indonesian military has prepared measures to attack fighters in Eduda Papuan political rights, ie Papua Regional Command (KODAP) the leadership of John IV Paniai Yogi," said Yatipai admit it.

According Yatipai, military operations in large amounts, resulting in residents experiencing hunger, trauma and other pisikologi impaired. Induced TNI and Police Brigadier unity of military personnel (Brimob) and the Special Forces Command (Kopasus), also menyababkan tense situation among the civilians there.

Tense situation is also seen, Monday (12/12) yesterday. At around 18:00 CEST, the Indonesian military to use the Army's helicopter Eduda monitor the location of the air war fully equipped. Approximately eight times, the army surrounded the headquarters KODAP IV TPN-OPM Paniai.

Until now, Tuesday (13/12) reported to the Indonesian military action pendropingan and attacks against civilians and fighters in Eduda and surrounding areas. This tension is caused because of contact arms, ala war of independence of a nation.

Over the situation and developments in civil Paniai, KNPB and Papuan activist has requested the support of civil advocacy. And asked for monitoring humanitarian and foreign parties to immediately intervene and advocate for emergency situations in Paniai, Papua.

Not only up there, activists also urged the human rights watchdog group (HAM) and other supporting groups, such as IPWP and ILWP to anticipate the attitude to take immediate action killing and persecution of civilians and fighters of political rights of the Papuans.

In a brief letter by the activist group, without naming names, urged Indonesia to immediately withdraw troops from the territory of Papua Paniai and generally, as well as ask for any referendum to the people of Papua. (Jubi / Almer Pits)

---------------------

Aksi Militeristik di Paniai, Referendum Menguat
TUESDAY, 13 DECEMBER 2011 19:15  ALMER PITS  HITS: 52     
 
ILUSTRASI TNI-POLRI (GOOGLE.COM)
 
3
Share
JUBI---Situasi tegang dan saling tembak antara aparat keamanan gabungan TNI-Polri dan Tentara Pembebasan Nasional/Organisasi Papua Merdeka (TPN/OPM) di Paniai, Selasa (13/12). Ini merupakan salah satu bentuk komitmen Indonesia terhadap "menghabisi" orang Papua, serta merampas harta kekayaan milik orang Papua. Hal itu dinyatakan aktivis Papua, Romario Yatipai, Selasa (13/12) siang dalam siaran pers yang diterima tabloidjubi.com.

“Kalau tidak ada misi untuk berantas orang Papua, maka tidak mungkin penyerangan dan pengepungan membabi buta, melalui udara maupun darat ini dilakukan militer Indonesia,” ungkap Yatipai.

Berdasarkan laporan Komite Nasional Papua Barat (KNPB) di wilayah itu, kata Yatipai, rencana ini sudah terlihat beberapa hari lalu, diantaranya sejak hari Minggu (11/12) lalu, militer Indonesia yang dimotori pemerintah daerah setempat, Komandan Brimob Paniai, dan Kapolres Paniai memerintahkan masyarakat sekitar Kampung Dagouto, Uwamani dan Kampung Dei, Kabupaten Paniai untuk mengungsi ke pusat ibukota Paniai, Enarotali.

“Memang ada ratuasan warga mengungsi sejak beberapa hari lalu karena militer Indonesia telah mempersiapkan langkah-langkah untuk menyerang pejuang hak politik Papua di Eduda, yakni Komando Daerah Papua (KODAP) IV Paniai pimpinan Jhon Yogi,” ucap Yatipai mengakuinya.

Menurut Yatipai, operasi militer dalam jumlah banyak, mengakibatkan warga mengalami kelaparan, trauma dan mengalami gangguan pisikologi lainnya. Akibat ulah TNI dan Polri dari personil militer kesatuan Brigadir Mobil (Brimob) dan Komando Pasukan Khusus (Kopasus), juga menyababkan situasi tegang di antara warga sipil di sana.

Situasi tegang juga terlihat, Senin (12/12) kemarin. Sekitar pukul 18.00 WIT, militer Indonesia menggunakan helikopter milik TNI-AD memantau lokasi Eduda dari udara berperalatan perang lengkap. Sekitar delapan kali, TNI-AD mengelilingi Markas KODAP IV TPN-OPM Paniai.

Hingga kini, Selasa (13/12) dilaporkan militer Indonesia melakukan aksi pendropingan dan penyerangan terhadap warga sipil dan pejuang di Eduda dan sekitarnya. Ketegangan ini diakibatkan karena terjadi kontak senjata, ala perang kemerdekaan suatu bangsa.

Atas situasi dan perkembangan sipil di Paniai, KNPB dan aktivis Papua telah meminta dukungan advokasi sipil. Serta meminta pantauan kemanusiaan dan pihak asing untuk segera mengintervensi dan mengadvokasi situasi emergensi di Paniai, Papua.

Tak hanya sampai situ, aktivis juga mendesak kelompok pemerhati hak azasi manusia (HAM) dan kelompok pendukung lainnya, seperti IPWP dan ILWP untuk agar segera mengambil sikap mengantisipasi tindakan pembunuhan dan pengejaran terhadap orang sipil dan para pejuang hak politik orang Papua.

Dalam sebuah surat singkat oleh  kelompok aktivis itu, tanpa menyebut nama, mendesak agar  Indonesia segera menarik pasukan dari wilayah Paniai dan Papua umumnya, serta memintah referendum bagi orang Papua. (Jubi/Almer Pits)