Dari Acara Tatap Muka Polda Papua dengan Elemen Masyarakat di Jayapura dan Keerom

Polda Papua bersama  elemen masyarakat  di wilayah    Jayapura dan Keerom  membahas  dan menginventaris  pelbagai  persoalan  yang  berkembang  di masyarakat  khususnya  di Papua. Apa  saja persoalan yang dibahas?

OLEH: MAKAWARU DA CUNHA, BINTANG PAPUA

Ketua Otorita  Adat  Sentani   ketika  Tatap Muka Polda Papua dengan Elemen Masyarakat di Jayapura dan Keerom  di Ruang Pertemuan Mapolda Papua, Jayapura, Kamis.

Ketua Otorita Adat Sentani ketika Tatap Muka Polda Papua dengan Elemen Masyarakat di Jayapura dan Keerom di Ruang Pertemuan Mapolda Papua, Jayapura, Kamis.

PERSOALAN    ketertiban  dan keamanan  khususnya  di wilayah  Jayapura dan  Keerom  mulai  dari  aksi  demonstrasi  Komite Nasional  Papua Barat  (KNPB) menuntut referendum  guna  membentuk negara  berdaulat,  ulah   seorang warga  sipil   yang  membunuh  anggota TNI Pratu Iksan di Muara  Tami beberapa waktu lalu,  pembabatan, pengrusakan  hutan  (deforestasi), 11  Kursi  DPR Papua  hak masyarakat  adat  Papua, affirmative  action (keperpihakan kepada orang  asli Papua) dan lain lain   menjadi topik pembahasan dalam  acara  tatap muka Polda Papua dengan elemen masyarakat di    Jayapura dan Keerom  di Ruang Pertemuan Mapolda Papua, Jayapura, Kamis (5/4).
Ketua  Kerukunan  Masyarakat  Pegunungan  Tengah  16 Kabupaten  di  Jayapura  Philipus Halitopo  menegaskan, pihaknya  selama  ini  selalu berusaha  menjaga  kedamaian serta merekatkan  tali  kasih antara semua  warga masyarakat  yang tinggal   dan bekerja  baik  di Jayapura maupun Keerom.  

 

“Kami  tak  pernah memerintahkan  masyarakat untuk melakukan  kekerasan,”  tegas  dia.
Ketua  Otoritas Adat Sentani  Franzalbert  Joku mengutarakan, kebebasan berpendapat   kini bisa disampaikan  secara terbuka termasuk  tuntutan referendum yang  pada dekade  sebelumnya  apabila  mengeluarkan pendapat   yang merongrong  eksitensi  bangsa  dan negara  langsung ditangkap  dan dipenjarakan.   
Karena itu,  kata dia,  pihaknya menyarankan  kepada generasi muda khususnya  dari Pegunungan  Tengah untuk  perlahan memahami hakekat   kehidupan berbangsa dan bernega  didalam  bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia  (NKRI).  Kepala Kepolisian Daerah Papua Irjen Pol  Drs. BL Tobing   mengatakan,  pihaknya menyarankan  khususnya  kepada Ketua  Suku Jayawijaya agar menjaga  dan melindungi kawasan  hutan lindung Cyclop yang  membentang dari  Sentani  hingga Pasir Dua. Pasalnya,  apabila  kawasan  hutan  lindung  tersebut dirusak maka suatu  saat   Jayapura   seperti Wasior. 
Kepala Suku Waena Ramses Ohee seperti layaknya  setiap kali pertemuan mengajak pemerintah  dan elemen masyarakat  untuk memahami dan menghayati UU  No 21 Tahun  2001  Tentang Otsus  Papua yang antara lain memerintahkan jatah  11 Kursi di DPR Papua dan DPR  Papua Barat  hak  masyarakat  orang asli Papua yang diperjuangkan Barisan Merah  Putih (BMP).
Menurut  dia,  11   Kursi di DPR Papua dan Papua Barat sudah diputuskan Mahkamah  Konstitusi  agar  segera dilaksanakan  masing  masing Gubernur, DPR Papua dan DPR Papua Barat.
“Papua  Barat bahkan sudah mulai membahas  11 Kursi  kenapa  kita di Papua belum membahasnya,”  ujarnya.   
Karena  itu, ujar  dia,  pihaknya mendesak  Gubernur  dan  DPR  Papua segera membahas Raperdasus  11 Kursi  tersebut.
Halitopo  juga mendesak  agar  affirmative  action  khususnya rekrutmen anggota Polri  hingga   80% karena  tahun 2011  lalu putra daerah hanya diterima 19 orang,  sedankan masyarakat pendatang  40 orang.
Mengakhiri  pertmuan tersebut, Kepala Kepolisian Daerah Papua  mengatakan pihaknya  mengajak  seluruh elemen  masyarakat   untuk  saling berkoordinasi guna mengantisipasi persoalan yang berkembang didalam masyarakat.
“Kami  akan membagikan alamat  atau  contack  person para pejabat  Polda agar masyarakat  dapat menyampaikan uneg uneg,” tukasnya.