Google vertaling
Ruben Magay, Vragen Bedenkingen over 70 Staat Papoea-probleem
Jayapura-existentie van de bezorgdheid over 70 landen in de VN-mensenrechten zitting in Genève, Zwitserland, woensdag (23/5), waaruit blijkt dat elke gebeurtenis of een incident in Indonesië, met name in Papoea altijd internationaal toezicht had. Daarom is de aanwezigheid van de internationale aandacht terhap dit probleem moet worden aangepakt de regering van Papua Indonesië.
Zei de voorzitter van de Commissie Een DPRP Ruben Magay S.IP naar Papua ster in zijn kantoor op donderdag (24/5). Volgens Democratische politici, alle gevallen van staatsgeweld en misdaden tegen de menselijkheid en schendingen van de mensenrechten in Papua, de wereld wordt gevolgd per seconde. "Als de 70 lidstaten van de VN beginnen je ogen te openen over de schendingen van de mensenrechten in Papoea, Papoea-op zoek naar bewijzen dat de internationale gemeenschap zijn naakt en open," zei hij.
Er wordt gezegd, toen 70 VN-lidstaten hebben hun bezorgdheid over schendingen van de mensenrechten in Papua. "Het is van de andere kant dat hij (de VN) dat mensen het gevoel is erg belangrijk voor negarabta. Maar als in Indonesië of Papoea-korbanpun honderd hulpeloze overheid, "zei hij.
"In termen van de Papoea's in toenemende mate verminderd. Maar een ziel is zeer belangrijk en met dien verstande de staat heeft de plicht om haar burgers te beschermen ", zei hij, het toevoegen van het concept van de landen in de wereld te beschermen haar burgers moeten ook worden gebruikt door de Homeland.
Hij zei, het was een klap voor politie en justitie, met name politie agentschappen en openbare aanklagers in Papoea
"Dus de wereld in een menselijke hand. Dus dat was hun hoek van het Oosten Papoea-monitor wat de mensen in de gaten gehouden over de ontwikkeling van wereldwijde technologie elke gebeurtenis dat gebeurt in deze wereld wordt gecontroleerd door de wereld zelf, "zei hij. Dus wat dacht je van de realisatie van de openbaarmaking van de versterking van de mensenrechten overtredingen die hebben plaatsgevonden op het gebied van de gebruikelijke rechten, andere gebeurtenissen en andere criminelen, voegde hij eraan toe, de professionele politie-instanties zijn nodig omdat de internationale gemeenschap zal de politie oordelen in Indonesië zijn te vertrouwen of niet. Bij schendingen van de mensenrechten blijven voordoen in de komende 50 jaar de bevolking van Papua met Homeland waar de prestaties van politie en justitie tot de gevallen van schendingen van de mensenrechten in Papua te ontdekken.
"Kan invloed hebben op hoe de staat waardepapieren tegen een vrede of geen vrede situatie in de regio," zei hij.
Verwante aanbevelingen aan de VN-Mensenrechtencommissie sessie Gevangenen / Papoea-politieke gevangenen Filep Karma, zoals, Forkorus en anderen werden vrijgelaten zonder enige voorwaarde, volgens hem, alle gevangenen / politieke gevangenen enige tijd geleden gezegd dat de centrale overheid aan de andere kant is er geen politieke gevangene / politieke gevangenen.
"Maar het feit is het een voorwaarde dat we in dit land spreken als er iets gebeurt mensen niet weten. In de buitenwereld wist niet dat er in het midden van de Papoea's, "zei hij.
Daarom, zei hij, de regering van Indonesië is nodig om meer specifieke gevallen van schendingen van de mensenrechten in Papua en Indonesië in het algemeen te onthullen moet voldoen aan internationale schending van de mensenrechten geval.
Oorspronkelijke tekst:
“Bukti Papua Dalam Pantauan Internasional”
Ruben Magay, Soal Keprihatinan Sekitar 70 Negara Soal Papua
JAYAPURA—Adanya keprihatinan sekitar 70 negara dalam sidang HAM PBB di Genewa, Swiss, Rabu (23/5), membuktikan bahwa setiap peristiwa atau kejadian di Indonesia, khususnya di Papua selalu mendapat pantauan dunia internasional. Karena itu, dengan adanya perhatian dunia Internasional terhap masalah Papua ini perlu disikapi Pemerintah Indonesia.
Demikian disampaikan Ketua Komisi A DPRP Ruben Magay S.IP kepada Bintang Papua di ruang kerjanya, Kamis (24/5). Menurut Politisi Partai Demokrat ini, semua kasus kekerasan negara dan kejahatan kemanusiaan serta pelanggaran HAM di Papua memang dunia sedang mengikutinya setiap detik. “Apabila 70 negara anggota PBB mulai buka mata soal kasus pelanggaran HAM di Papua membuktikan dunia internasional memandang Papua secara telanjang dan terbuka,” ucapnya.
Dikatakan, apabila 70 negara anggota PBB sudah menyampaikan keprihatinannya terhadap kasus pelanggaran HAM di Papua. “Ini dari sisi yang lain bahwa dia (PBB) merasa kalau rakyat ini sangat penting bagi negarabta. Tapi jika di Indonesia atau Tanah Papua seratus orang korbanpun pemerintah tak berdaya,”katanya.
“Dari sisi itu orang Papua sudah makin hari makin berkurang. Padahal satu jiwa sangat penting dan seyogyanyalah negara mempunyai kewajiban melindungi warga negaranya,” tutur dia seraya menambahkan konsep negara-negara di dunia melindungi warganya harus juga dipakai oleh NKRI.
Kata dia, hal ini merupakan tamparan bagi aparat penegak hukum, terutama lembaga kepolisian dan kejaksaan di Papua
“Jadi dunia dalam sebuah genggaman manusia. Jadi itu sedang mereka monitor disudut dunia Timur Papua seperti apa orang yang sedang pantau seiring perkembangan teknologi global setiap peristiwa yang terjadi di dunia ini dipantau oleh dunia sendiri,” tandasnya. Lantas bagaimana penguatan realisasi pengungkapan kasus pelanggaran HAM yang terjadi dari sisi hak ulayat, peristiwa kriminal dan lain lain, lanjut dia, pihak lembaga kepolisian dituntut profesional karena dunia internasional akan menilai lembaga kepolisian di Indonesia masih bisa dipercaya atau tidak. Apabila kasus pelanggaran HAM terus menerus terjadi selama 50 tahun rakyat Papua bersama NKRI dimanakah kinerja aparat penegak hukum untuk mengungkap kasus kasus pelanggaran HAM di Papua.
“Kan berdampak kepada bagaimana securitas negara terhadap sebuah situasi damai maupun tak damai di suatu daerah,” ujar dia.
Terkait rekomendasi sidang Komisi HAM PBB agar Tapol/Napol Papua seperti Filep Karma, Forkorus dan lain lain dibebaskan tanpa syarat, menurut dia, semua Tapol/Napol beberapa waktu lalu pemerintah pusat mengatakan disisi lain tak ada Tapol/Napol.
“Tapi fakta ini kan sebuah kondisi yang kita bicara di negara ini seolah olah sesuatu yang terjadi orang tak mengetahuinya. Di dunia luar tak tahu yang terjadi di tengah masyarakat Papua,” tutur dia.
Karenanya, tukas dia, pemerintah Indonesia dituntut untuk mengungkap kasus pelanggaran HAM lebih khusus di Papua dan Indonesia pada umumnya harus menyesuaikan diri dengan dunia internasional menangani kasus pelanggaran HAM.