OPM: Jangan Tuding Kami Tembak Warga

 

JAYAPURA—Koordinator  Organisasi Papua Merdeka (OPM)  yang  bermarkas  di  wilayah  perbatasan RI—Papua  New Guinea (PNG) Lambert  Pekikir  harus bertanggungjawab terkait  aksi  penembakan   pada  HUT   OPM  1 Juli 2012  yang mengakibatkan   tewasnya  Yohanes  Yanupron (33),  seorang Kepala  Kampung di Sawiyatami, Wembi, Keerom, Jayapura, Minggu (1/7).
Demikian  disampaikan  Kapolda Papua Irjen  Pol  Drs BL Tobing didampingi  Penjabat  Gubernur Papua Dr. Drs. H.Syamsul Arief  Rivai, MS  dan Pangdam XVII/Cenderawasih    Mayjen TNI  Mohamad Erwin  Syafitri  ketika  menyampaikan  keterangan usai  upacara HUT Bhayangkara  ke-66  di Lapangan Brimob, Kotaraja, Jayapura, Senin (2/7). 

Namun, dia menegaskan,  pihaknya  masih berupaya  mendalami  motif dibalik aksi  penembakan  tersebut. Pihaknya  juga  bersama   TNI melakukan penyisiran di sekitar  lokasi  penembakan itu untuk mengungkap para  pelakunya.
“Sepanjang dia  di wilayah hukum RI kita   akan proses  dia sesuai  hukum yang berlaku,” ujarnya  sembari menghimbau kepada  masyarakat  agar  tetap bersabar  karena  tak mudah melakukan pengungkapan  terhadap  kegiatan kegiatan seperti ini.
Karena itu,  ujarnya, TNI-Polri  telah menyepakati  untuk kelak  dapat  meringkus pelaku  pelakunya. Apabila dibiarkan kelompok  ini akan  terus berkembang.   
Ditanya  apakah ditemukan proyektil di lokasi  penembakan,  kata  dia,  pihaknya  sampai kini  belum menemukan proyektil, bahkan  sudah diupayakan menggunakan  alat deteksi logam karena   proyektil  yang  menembus   tubuh  korban. “Kami    belum  tahu  senjata yang digunakan tapi patut diduga  tak  beda  dengan aksi  sesaat  sebelum  penembakan  terhadap iring  iringan   mobil  Danyon 431 Kostrad Letkol (Inf) Indarto  di Sawiyatami, Wembi, Keerom, Jayapura, Minggu (1/7). 
Senada  dengan itu, Pangdam XVII/Cenderawasih    Mayjen TNI  Mohamad Erwin  Syafitri mengatakan, OPM yang diduga membuka  markas di wilayah  perbatasan RI—PNG telah menjadi   target operasi  TNI. Bahkan  TNI-Polri  telah  bertekat  tak  akan  membiarkan  mereka  berkembang karena  selama ini  pihaknya cukup intensif   untuk  menyikapinya.
“Selama  mereka  masih di wilayah  NKRI,  penegakan hukum itu  akan ditegakkan. Kapasitas  kami  TNI sepenuhnya mendukung hal itu,”tukas Pangdam.
Gubernur  Papua  Dr.Drs. H. Syamsul Arief  Rivai,MS   mengutarakan pihaknya memohon  kepada aparat TNI-Polri untuk   mengusut  tuntas  aksi  penembakan   terhadap  seorang Kepala  Kampung.
“Kita tahu ini adalah negara hukum. Hukum  itu harus ditegakan. Dan  itu juga   adalah bagian dari mengangkat  harkat  dan martabat   rakyat Papua  karena hukum  itu juga melindungi  baik  langsung maupun tak langsung rakyat  Papua,” tuturnya seraya menambahkan ia sangat menyesalkan  kejadian itu.”
Karenanya, lanjut  Gubernur, pemerintah  dan  rakyat  Papua  menyampaikan  turut berduka  terhadap korban  salah seorang Kepala Kampung di Keerom.
Dan  ketika  saya meminta  kepada aparat TNI-Polr mengusut  tuntas  peristiwa  ini. dan  kita tahu bahwa  ini adalah negara hukum. Hukum  itu harus ditegakan. Dan  itu juga   adalah bagian dari mengangkat  harkat  dan martabat   rakyat Papua  karena hukum  itu juga melindungi  baik  langsung maupun tak langsung rakyat  Papua.  

Tanggapan Lambert Pekikir
Sementara  pimpinan OPM, Lambert Pekikir mengakui telah melakukan aksi penembakan terhadap mobil TNI Yonif 431 di Kampung Sawiyatami Distrik Arso Kabupaten Keerom, , Minggu 1 Juli 2012. Namun, mereka menolak peluru yang menewaskan Kepala Kampung Sawiyatami, Johanes Yanufrom, berasal dari senjata milik anggota OPM.
“Kami masih mencari tahu peluru siapa sebenarnya yang mengenai Johanes Yanupron. Jadi sampai hari ini belum ada kesimpulan,” ujar pimpinan OPM wilayah Perbatasan RI-PNG, Lambert Pekikir, saat dikonfirmasi, Senin 2 Juli.
Lambert Pekikir dan anggotanya mengaku kenal baik dengan Johanes. Sesaat sebelum terjadi baku tembak dengan TNI, pasukan Lambert Pekikir berpapasan dengan Johanes. Lantas, Lambert Pekikir meminta Yohanes kembali ke rumahnya. “Jadi, saat ia melintas, kami menghentikannya lalu menyuruhnya kembali ke rumah. Karena sebelumnya kami sudah mengumumkan tidak boleh jalan,” katanya.
Mendapat peringatan itu, Johanes langsung balik ke rumahnya. Johanes, lanjut Lambert, berpapasan dengan anggota TNI yang mengendarai mobil Taft yang meluncur dari arah Sawiyatami menuju Word. Mengetahui ada mobil TNI lewat, anggota Lambert Pekikir langsung menembak. “Posisi Yohanes sudah berlari menjauh sekitar 100 meter dari lokasi baku tembak,” katanya.
Ditembaki pasukan Lambert Pekikir, anggota TNI membalas. Saling tembak terjadi. Namun, beberapa saat kemudian pasukan Lambert Pekikir mundur. “Lima menit kemudian baru kami dengar Johanes tertembak,” jelasnya.
Jadi, sambung dia, belum bisa disimpulkan peluru siapa yang mengenai Johanes. Lambert Pekikir meminta TNI jangan asal tuding, tapi sebaiknya dibuktikan dulu. “Jangan main tuding, silahkan buktikan dulu peluru siapa yang mengenai Johanes,”katanya.