Google vertaling:Embarassed


Uskup: Untuk Bisa Menangkap Lambert Pekikir
Bisschop: Om Lambert Catch Kan Pekikir


JAYAPURA— Polisi didesak segera menangkap Koordinator TPN/OPM Lambert Pekikir yang bermarkas di Camp Victory, wilayah perbatasan RI-Papua New Guinea (PNG). Jayapura-politie opgeroepen om Coordinator TPN / OPM Lambert Pekikir hoofdkantoor in Camp Victory, het grensgebied tussen Indonesië en Papoea-Nieuw-Guinea (PNG) te arresteren. Pasalnya, kelompok Lambert selama ini diduga mengganggu ketertiban dan keamanan khususnya di Kabupaten Keerom. Omdat de groep Lambert voor naar verluidt het verstoren van de vrede en de veiligheid in het bijzonder in Keerom. Bahkan diduga menembak mati Kepala Kampung Sawiyatami Yohanes Yanupron di Sawiyatami, Distrik Wembi, Kabupaten Keerom pada saat HUT TPN/OPM 1 Juli 2012 silam. Zelfs het dorpshoofd doodgeschoten zouden Sawiyatami John Yanupron in Sawiyatami, District Wembi, Keerom tijdens HUT TPN / OPM in juli vorig jaar 1, 2012.

 

Mgr.Leo Laba Ladjar, OFM

Winst Mgr.Leo Ladjar, OFM

De oproep werd geleverd bisschop van Jayapura Mgr.Leo Winst Ladjar, OFM wanneer de show oog in oog met Wakapolda Papoea-Brig Drs Paul Waterpauw onlangs gezicht in de zaal van de Kathedraal Kerk, Jayapura,.
Ironisnya, Uskup Laba Ladjar mengutarakan, pasca tertembaknya Kepala Kampung tersebut, mereka melarikan diri ke Camp Victory untuk mempersiapkan amunisi baru lagi. Ironisch genoeg, bisschop Winst Ladjar express, na de schietpartij van het dorpshoofd, vluchtten zij naar Camp Victory voor de voorbereiding van nieuwe munitie opnieuw. Hal ini membuat Polisi kesulitan menangkap kelompok mereka. Dit maakt het moeilijk de politie arrestatie groep.
Karena itu, kata dia, perlu adanya suatu perundingan antara pemerintah RI-PNG menyerahkan Lambert Pekikir agar yang bersangkutan segera mempertanggungjawabkan perbuatannya sekaligus diproses hukum di Indonesia. Om die reden, zei hij, moet er een onderhandeling tussen de RI-PNG overhandigen Lambert Pekikir onmiddellijk bezorgd dat hun acties en de juridische procedure in Indonesië. Alasannya, lanjut Uskup pabila Lambert Pekikir tak segera ditangkap, maka umat tak berdaya dan dikwatirkan seluruh umat yang berdiam di Keerom sejak tahun 1970-an hingga kini terus menerus memedam kecemasan dan traumatis tinggi. De reden, bisschop Lambert Pekikir pabila niet onmiddellijk gearresteerd, de mensen hulpeloos en dikwatirkan alle mensen die in Keerom wonen sinds de jaren 1970 tot nu toe voortdurend memedam hoge angst en traumatisch.
Dijelaskan, sebelum peringatan HUT TPN/OPM 1 Juli 2012 silam, kelompok Lambert Pekikir masuk keluar Kampung dan membagi-bagikan bendera Bintang Kejora, simbol perlawanan bangsa Papua Barat untuk memisahkan diri dari pemerintah RI. Toegelicht, voor de verjaardag TPN / OPM laatste 1 juli 2012, de Lambert Pekikir gaan dorp en deelde de Morgenster vlag, een symbool van verzet volk van West Papua af te scheiden van de regering van Indonesië. Tak hanya itu, yang bersangkutan memaksa masyarakat setempat mengibarkan Bintang Kejora selama tiga hari berturut turut. Niet alleen dat, de betrokken lokale kracht verhogen van de Morgenster gedurende drie opeenvolgende dagen.
Senada dengan itu, Wakapolda Papua Brigjen Pol Drs Paulus Waterpauw menandaskan, untuk menciptakan keamanan dan ketertiban masyarakat membutuhkan persamaan pandangan dari pelbagai pihak, termasuk stakeholders terutama para tokoh agama, tokoh adat, tokoh masyarakat dan lain lain yang memiliki umat ini. Ook Wakapolda Papoea-Brig Waterpauw Drs Paul dringt, om handhaven van de veiligheid en orde in de samenleving vereist gelijkheid standpunten van de verschillende betrokken partijen, met inbegrip van belanghebbenden, met name religieuze leiders, traditionele leiders, leiders van de gemeenschap en anderen die dit volk.
Karenanya, tukas dia, bila terjadi masalah di masyarakat, maka para tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh adat berkenan menyampaikan kepada umat atau masyarakat. Daarom, zei hij, als er een probleem is in de gemeenschap, religieuze leiders, leiders van de gemeenschap, traditionele leiders blij over te brengen aan de mensen of de samenleving.
“Hal ini secara otomatis terbangun sebuah komunikasi atas bawah, kanan kiri dan sebagainya didalam masyarakat,” tandasnya. "Deze mededeling wordt automatisch een top down ontwaakt, links, rechts en ga zo maar door in de samenleving," zei hij.
Sedangkan Kepala Penerangan Kodam XVII/Cenderawasih Letkol (Inf) Jansen Simanjuntak yang dihubungi terpisah menegaskan, pihaknya mengalami kendala ketika hendak menangkap Lambert Pekikir dan kelompoknya. Ondertussen, Hoofd Voorlichting Kodam XVII / Cenderawasih luitenant-kolonel (Inf) apart werden gecontacteerd Simanjuntak Jansen bevestigd, het ervaren problemen wanneer het proberen om Pekikir Lambert en zijn groep vast te leggen. Sebab, yang bersangkutan bersembunyi di hutan belantara di Bawen atau Selatan Wutung yang merupakan wilayah PNG. Daarom is de vraag op de loer in de jungle van Zuid Wutung Bawen of die is een regio van PNG.
“Kami tak ingin serta merta mengejar Lambert Pekikir sampai ke Bawen,” tukas dia. "We willen per se niet willen Lambert Pekikir Bawen na te streven," zei hij. Namun, siapanpun Warga Negara Indonesia, termasuk kelompok separatis yang melakukan teror otomatis harus diberantas sembari menghormati HAM. Toch moet siapanpun Indonesisch staatsburger, met inbegrip van de separatistische terreurgroep automatisch worden uitgeroeid inachtneming van de mensenrechten.
“Bukan berarti kita takut, tapi HAM sebagai pedoman untuk melakukan tindakan tegas di lapangan,” ujarnya. "Niet dat we bang zijn, maar de mensenrechten als leidraad om harde actie te ondernemen op het veld," zei hij.



Originele tekst:

Perlu Ada Perundingan RI-PNG

Uskup:  Untuk Bisa Menangkap Lambert  Pekikir

JAYAPURA—Polisi  didesak  segera  menangkap  Koordinator  TPN/OPM Lambert Pekikir   yang  bermarkas di  Camp Victory,  wilayah perbatasan RI-Papua  New Guinea (PNG). Pasalnya, kelompok Lambert selama ini diduga mengganggu ketertiban  dan keamanan khususnya di Kabupaten Keerom.  Bahkan   diduga menembak  mati  Kepala Kampung Sawiyatami Yohanes Yanupron di  Sawiyatami,  Distrik  Wembi, Kabupaten Keerom  pada saat  HUT  TPN/OPM 1 Juli  2012 silam. 
Desakan ini disampaikan  Uskup Jayapura  Mgr.Leo Laba Ladjar, OFM  ketika  acara tatap  muka  bersama Wakapolda Papua  Brigjen Pol Drs Paulus Waterpauw  di  Aula Gereja  Katedral, Jayapura, belum lama ini.
Ironisnya,  Uskup Laba Ladjar  mengutarakan,  pasca  tertembaknya   Kepala  Kampung tersebut,  mereka melarikan diri ke Camp Victory  untuk  mempersiapkan amunisi  baru lagi. Hal ini membuat  Polisi kesulitan menangkap kelompok mereka.
Karena itu,  kata dia, perlu  adanya suatu   perundingan antara   pemerintah RI-PNG menyerahkan Lambert Pekikir agar  yang bersangkutan segera mempertanggungjawabkan  perbuatannya  sekaligus  diproses hukum di Indonesia.   Alasannya,  lanjut Uskup  pabila  Lambert Pekikir   tak segera  ditangkap,  maka umat  tak  berdaya dan   dikwatirkan seluruh umat   yang berdiam di Keerom sejak tahun  1970-an hingga  kini  terus menerus memedam kecemasan dan  traumatis tinggi. 
Dijelaskan,  sebelum  peringatan  HUT   TPN/OPM 1 Juli 2012  silam, kelompok Lambert  Pekikir masuk keluar Kampung dan  membagi-bagikan bendera Bintang Kejora, simbol perlawanan bangsa Papua Barat  untuk memisahkan diri dari pemerintah RI. Tak hanya  itu, yang  bersangkutan  memaksa masyarakat setempat  mengibarkan Bintang  Kejora selama  tiga hari berturut  turut.  
Senada  dengan itu, Wakapolda Papua  Brigjen Pol Drs Paulus Waterpauw menandaskan, untuk  menciptakan keamanan  dan  ketertiban masyarakat membutuhkan persamaan pandangan dari  pelbagai  pihak, termasuk  stakeholders  terutama  para tokoh  agama,  tokoh adat,  tokoh  masyarakat  dan  lain  lain yang memiliki  umat ini.
Karenanya,  tukas dia,  bila  terjadi  masalah  di masyarakat, maka para  tokoh  agama, tokoh masyarakat, tokoh  adat berkenan  menyampaikan kepada umat atau masyarakat.
“Hal  ini  secara otomatis terbangun sebuah komunikasi  atas  bawah, kanan kiri  dan sebagainya didalam masyarakat,” tandasnya.
Sedangkan Kepala  Penerangan Kodam XVII/Cenderawasih Letkol (Inf) Jansen Simanjuntak yang dihubungi terpisah menegaskan, pihaknya mengalami kendala ketika hendak menangkap  Lambert Pekikir   dan kelompoknya. Sebab, yang bersangkutan bersembunyi  di hutan  belantara  di  Bawen atau Selatan  Wutung yang merupakan  wilayah PNG.
“Kami  tak ingin serta merta mengejar Lambert Pekikir sampai ke Bawen,”  tukas  dia. Namun, siapanpun Warga Negara   Indonesia, termasuk  kelompok separatis  yang melakukan  teror otomatis  harus  diberantas  sembari  menghormati  HAM. 
“Bukan berarti  kita  takut,  tapi   HAM sebagai pedoman untuk melakukan  tindakan tegas di lapangan,”  ujarnya.