Google vertaling: Embarassed


Reflectie en Call Vader John djonga Pr

Meer dan 12 jaar Geweld The Poor

 

Hebben gediend 12 jaar in de wijk Keerom, uiteindelijk afgevoerd juicht voorzitter Keerom oude decanaat, Fr John Djonga en nieuwe, Fr Ronny Guntur. Hier het beroep en reflectie Fr John Djonga Pr

Rahayu, Bintang Papua

Pater Jhon Djonga

Fr John djonga

Pater John Djonga Pr werk in Keerom en pastorale problemen met deiensi politieke, economische, sociale en culturele. en berintegraksi met diverse stakeholders, variërend van overheden, de strijdkrachten, inheemse Leiderschap, Leiderschap religies en samenlevingen, soms in de lijn en soms berbeda.di 12 van dit jaar had de steun van vele partijen.

De fundamentele problemen van Keerom, 12 jaar als getuige, de situatie en de ontwikkeling van de volledige ironie in Border District. Van de ene kant is er ook het tempo van de ontwikkeling, in termen van de fundamentele kwesties zijn nog niet aan de orde, variërend van de fundamentele rechten, onderwijs en gezondheid, met name in rurale en inheemse plaats is nog steeds zeer zorgwekkend. "Deze kwestie is van groot belang voor de menselijke waardigheid, rechtvaardigheid en het eigen vermogen is nog steeds dringend agenda, is de verantwoordelijkheid van de staat en ieder van ons om het gedaan te krijgen, "legde hij uit. Terwijl persolan economie, de inheemse bevolking, de bron van het leven is onzeker, de schuld weg en de boeren niet groeien, betekent trasfortasi nog steeds moeilijk, geen activiteiten produktif.dari segelentir kant mensen profiteren van het tempo van de bouw, vernietiging en verkopen land.
Vanuit het cluster van geweld, twaalf jaar, wordt een reeks van geweld in het grensgebied niet verminderd, maar wordt steeds erger. Ambtenaren en de gemeenschap geloven nog steeds in gewelddadige middelen om een ??probleem op te lossen. "Breathing zoals ik al zei, het probleem was niet de ademhaling kan een oplossing zijn, maar eerder een complex vraagstuk, stop het geweld en alle partijen wordt verwacht dat in de richting van de dialoog en samenwerking om het probleem op-persolan op te lossen mandasar.
Sterkte en Trauma, een kleine gemeenschap aan de grens leven in angst en bezorgdheid, belengguh wederzijds wantrouwen en wederzijds vertrouwen, de aanwezigheid van militaire troepen in elk dorp in plaats van het nemen van ketentaraman, maar integendeel.
Inheemse leven ontaarden, inheemse alleen gebruikt sasaat belangen, zijn gebruikelijke instellingen af, omdat voor de praktijk van de afnemende meeropbrengst. Spiritualiteit, Spiritueel leven is ook niet gemaximaliseerd zowel in de kerk, Geestelijke verzorging al voldoende, maar moet nog worden pastorale kwaliteiten ditingkatkan.dan er Geraja trend dat de grondrechten in coaching en spirituele begeleiding geestelijke arau als gescheiden van andere gebieden . en ten slotte, zijn de betrekkingen tussen de partijen niet zo goed als wantrouwen tussen groepen tmbuh viel samen met de groeiende ongelijkheid en onrechtvaardigheid en is een grote uitdaging om samen te leven in harmonie en waardigheid.



Oorspronkelijke tekst:

Refleksi dan Seruan Pater Jhon Djonga Pr

Selama 12 Tahun Kekerasan Semakin Buruk

 

Setelah bertugas 12 tahun di wilayah Kabupaten Keerom, akhirnya dilakukan lepas sambut Ketua Dekenat Keerom yang lama,Pater Jhon Djonga dan yang baru,Pater Ronny Guntur. Berikut Seruan dan refleksi Pater Jhon Djonga Pr

Rahayu, Bintang Papua

Pater Jhon Djonga Pr berkarya di Kabupaten Keerom dan berbagai persoalan Pastoral dengan deiensi politik, ekonomi ,sosial dan Budaya. dan berintegraksi dengan berbagai pihak mulai dari Pemerintah, Aparat Militer, Pimpinan  Adat,Pimpinan Agama-agama dan masyarakat, terkadang sejalan dan terkadang berbeda.di 12 Tahun ini mengalami dukungan banyak pihak.
Persoalan –persoalan dasar di Keerom,selama 12 tahun menjadi saksi,situasi dan perkembangan yang penuh ironi di Kabupaten Perbatasan. Dari satu sisi ada juga laju pembangunan,dari sisi persoalan-persoalan mendasar masih belum diatasi mulai dari hak-hak dasar,kondisi pendidikan dan kesehatan terutama di pedalaman dan ditempat masyarakat asli masih sangat memprihatinkan.”ini persoalan sangat penting untuk martabat manusia,keadilan dan pemerataan masih menjadi agenda mendesak,ini kawasan negara dan tanggung jawab kita semua untuk menyelesaikannya,”jelasnya. Sedangkan persolan Ekonomi,bagi masyarakat asli,sumber hidup tidak pasti,hutang hilang dan petani tidak berkembang,sarana trasfortasi masih sulit,tidak ada kegiatan produktif.dari sisi segelentir orang mengambil keuntungan dari laju pembangunan, pengrusakan hutan dan penjualan tanah adat.
Dari rangkai kekerasan, selama dua belas tahun ini,rangkaian kekerasan di daerah perbatasan ini bukannya berkurang,tapi menjadi semakin buruk. Aparat dan masyarakat masih percaya pada cara-cara kekerasan untuk menyelesaikan sebuah masalah.” sebagaimana saya perna katakan,masalah tidak perna dapat menjadi solusi,malahan menjadi rumit persoalan,Stop kekerasan dan semua pihak diharapkan menuju pintu dialog dan kerja sama untuk menyelesaikan persoalan-persolan mandasar.
Kekuatan dan Trauma, masyarakat kecil di Perbatasan hidup dalam ketakutan dan keprihatinan,belengguh rasa saling curiga dan tidak saling percaya,kehadiran pasukan militer di setiap Kampung bukannya membawa ketentaraman,tapi justru sebaliknya.
Kehidupan Adat yang merosot,adat hanya dipergunakan kepentingan sasaat, institusi adat semakin merosot, praktek adapun semakin berkurang. Kerohanian, kehidupan Rohani juga belum maksimal baik itu di kalangan gereja, pelayanan Rohani sudah mulai memadai,tapi kualitas pastoral masih perlu ditingkatkan.dan masih ada kecenderungan geraja dimana hak dasar dalam pembinaan dan pendampingan spiritual arau rohani seakan –akan terpisah dari bidang-bidang lain.dan terakhir, Hubungan antar pihak belum baik seperti kecurigaan antara kelompok tmbuh beriring dengan makin besarnya kesenjangan dan ketidakadilan dan ini tantangan besar bagi hidup bersama yang harmonis dan bermartabat