JAYAPURA—Kelompok yang menamakan diri National Papua Solidarity (NAPAS) menggelar aksi demo di Depan Kantor United Nations High Comission for Refuges (UHCR), Jakarta, Kamis (30/8) sekitar pukul 11.00 - 13.00 WIT dikawal aparat Polisi setempat. Di sela sela aksi demo, massa NAPAS diterima diterima langsung oleh Michele Zaccheo, Staf United Nations Information Centre Jakarta.
Demikian disampaikan Koordinator NAPAS Marthen Goo dan Samuel Awom
melalui Siaran Pers yang diterima Bintang Papua, Kamis (30/8) malam.
Goo mengutarakan, tuntutan NAPAS secara umum ke UHCR. Pertama,
tidak ada ruang bagi orang Papua di RI ini. Kedua, Orang Papua selalu
dibantai dan dibunuh di atas tanah Papua. Ketiga, setiap kekerasan
terjadi di Papua, SBY dan Menkopolhukam selalu mengintruksikan
pengiriman Pasukan ke Papua, sementara kejahatan kemanusiaan di Papua,
sehingga pengiriman pasukan hanya meningkatkan tensi kekerasan di Papua,
dan justru negara turut dalam menciptakan kekerasan di Papua
Keempat, Kami selalu dibunuh, kami yang datang ini hanya bagian sedikit dari ribuan rakyat Papua.
Kelima,
kedatangan kami ke UHCR sesungguhnya sebagai pengaduan, karena kami
sedang dibunuh dan dibunuh terus. Kasus terakhir adalah penyisiran yang
dilakukan oleh aparat gabungan di Paniai. TNI/Polri tak hanya melakukan
penyisiran, mereka juga melakukan pengusiran terhadap pasien yang sakit,
dan menyiksa 3 orang, orang gila.
Terkait tuntutan NAPAS ini, Michele Zaccheo dari United Nations Information Centre Jakarta meresponsnya sembari menyatakan, Pertama, Prihatin dengan persoalan Papua. Kedua, Statemen akan disebarkan ke komisi perdamaian di UHCR dan Perwakilan UHCR di Indonesia. Ketiga, UHCR akan menindaklanjuti sesuai prinsip kerja UHCR.