Aksi kekerasan pasca penarikan Pasukan TNI Non Organik dari Mulia Kabupaten Puncak Jaya pada akhir 2009 masih saja terjadi. Harapan masyarakat melalui Bupati Puncak Jaya Lukas Enembe bahwa Kab. Puncak Jaya akan aman dan damai ketika pasukan  TNI non Organik dari Puncak Jaya belum menyata sebab pada 17 Maret 2010  anggota TNI masih melakukan kekerasan di kabupaten yang sama. Berikut ini kami teruskan laporan yang kami terima dari Pucak Jaya.

I. Penembakan terhadap  Pdt. Kideman Gire


Kronologi  Penembakan:

Pada, hari Rabu tanggal 17 Maret 2010 pukul 15.00 WIB di Kalome Distrik Tingginambut Kabupaten Puncak Jaya   Pendeta. Kindeman Gire ditembak Mati oleh TNI. Pdt. Kideman adalah seorang  hamba Tuhan Gembala Sidang  Gereja GIDI Toragi Distrik Tingginambut.

Satu minggu sebelumnya korban bersama jemaat mengirim uang lewat Air Gire ke wamena untuk membelikan bensin 15 ltr untuk kepentingan bela kayu bangun gereja. Air mengirim berita kepada korban agar jaga-jaga di jalan karena dia akan mengirimkan besin tersebut lewat kendaraan yang akan lewat agar jangan sampai kelewatan maka diharapkan pesan kepada korban untuk jaga dijalan.

Dalam waktu yang sama Seorang Gembala Juga Bernama PItinius Kogoya juga menitipkan sejumlah uang kepada seorang sopir mobil Ekstrada untuk dibelikan minyak goreng di wamena kalau kembali kepuncak jaya agar tolong dibawakan dengan harapan tersebut sehingga ia juga jaga dijalan untuk menunggu titipannya yang akan dibawakan dari wamena oleh Seorang sopir berinisial Yakop orang Toraja yang sudah cukup kenal dengan P. Kogoya.

Dalam waktu yang sama Pdt. Kindeman Gire Korban lebih awal berada di jalan menungguh kiriman ketika itu Pasukan TNI Yonif 756 dari distrik Ilu lewat dan  bertemu dengan Korban dan bertanya kepadanya pertanyaan-pertanya an intimindasi bahwa kamu tau Gorobak atau pernah lihat gorobak..? (tidak tahu apa maksudnya arti dari gorobak itu)  lalu korban menjawab nya saya Tau. Lalu kamu tinggal dimana jawab korban saya tinggal di kalome.

Selanjutnya Tentara membuka Magasen lalu mengeluarkan Peluru dan tunjuk dan  bertanya kepada korban apakah kamu tau ini...? apakah kamu ada simpan dirumah ...? korban senjum campur ketakutan karena tunjukan peluruh.

Ketika pertanyaan ini terus bertubi-tubi maka muncullah secara tiba-tiba yang menjadi saksi dalam pembunuhan Pdt. Kindeman gire ini muncul  seorang hamba Tuhan juga Pitinius  Kogoya, tadi  untuk menunggu titipan ternyata dia juga dapat tangkap oleh kelompok Tentara tersebut bertanya kepadanya bahwa…. he kamu cari apa ..? si Pitinius Kogoya menjawab  ah saya ada titip uang sama sopir waktu berangkat kewamena untuk belikan minyak goreng  jadi saya datang cek mobil yang masuk dari wamena. pertanyaan berikut adalah apakah kamu tahu Peluru..? apakah kamu tahu senjata..? dimana tempat persembunyian OPM..? di menujukan tempat di sebelah bukit dan kami biasa mendengar mereka ada disana .

Pada saat itu sudah pukul 15.30 WIB korban dan saksi dipisahkan jarak antara 2 sampai 3 meter lalau menyiksa mereka berdua dalam dua kelompok berbeda sampai jam 17.00 sore. Penyiksaan yang mereka alami adalah luar biasa sampai muka bengkak dan menghitam. Pada saat pukul 17 sore itulah saksi Pitinius Kogoya didorong oleh anggota Tentara lain berdiri bagian atas posisi ketinggian dan langsung lompat diposisi rendah bagian bawah badan jalan lompat menginjak satu anggota yang berdiri diposisi kemiringan  merayap masuk dalam semak-semak dan melarikan diri sambil. Ketika itulah Korban atas nama Pdt. Kindeman Gire ditembak dengan Senjata 2 kali tembakan. Sejak tanggal ditembak itulah sampai laporan ini diturunkan belum pernah ditemukan jasat korbannya.


Kecurigaan besar masyarakat adalah kemungkinan TNI memultilasi (memotong-motong ) tubuh korban dimasukan dikarung lalu membuang di Sungai Tinggin atau di Sungai Yamo bahkan mungkin di sungai Guragi ataukah mungkin mereka kuburkan .

II. Aksi Operasi Lanjutan

Pada tanggal yang sama yaitu pada hari Rabu tanggal 17 Maret 2010 malam  TNI terus beroperasi dari Arah kalome tadi langsung menuju di ibu kota Distrik Tingginambut, di daerah lumbuk ada satu rumah honai ada sekelompok masyarakat tidur lalu mereka dikepung oleh angota TNI yang sama setelah menembak mati Pdt. Kideman Gire pada jam 5 sore hari lalu pagi Jam 5 subu hari kamis Tanggal 18 Maret 2010 mengepung sejumlah warga yang ada dalam satu honai itu berjumlah 13 orang tidak ada satupun yang lolos semuanya tertangkap lalu anggota TNI menyiksa mereka. Penyiksaan yang mereka alami adalah penyiksaan berat dan lebih buruk  lebih banyak dari mereka menungguh waktu untuk mati karena mereka dapat injak dapat hajar dengan bokong senjata dan pisau sangkur.

Nama-nama Korban adalah Sbb:

1. Garundinggen Morib 45 Thn

2. Ijokone Tabuni 35 Thn

3. Etiles Tabuni 24

4. Meiles Wonda 30 Tahun

5. Jigunggup Tabuni 46 Thun

6. Nekiler Tabuni 25 Tahun

7. Biru Tabuni 51 Tahun Orang Tua Posisi saat Itu sakit Malaria  Parah

8. Tiraik morib 29 Thn

9. Yakiler Wonda 34 Thn

10. Tekius Wonda 20 tahun

11. Neriton Wonda 19 Tahun

12. Yuli Wonda, 23 Tahun

13. Kotoran Tabuni 42 Thn

Sampai hari ini kondisi mereka sangat memprihatinkan. Serta sampai lamporan ini diturunkan sulit mendapatkan gambar karena memang kondisi keamanan yang sulit mengaksesnya.

III. Enditi Tabuni Ditembak

Kronologi Penembakan.

Enditi Tabuni adalah Anak mantu dari Pdt. Yason Wonda, Wakil Ketua Klasis GIDI Mulia Korban adalah istri dari anak pertamanya Pdt Yason Wonda.

Pada hari senin tanggal 23 Maret 2010, sekitar pukul 16. 00 WIT, terjadi tembak menembak di antara TNI dari satuan Yonif 753 yang bertugas di Pos Puncak senjum distrik mulia ibu kota Puncak jaya dengan anggota TPN/OPM di kali Semen atau sekitar kali Wulundan sampai jam 19.00 WIT masih bunji senjata membuat warga kota mulia menjadi panik. Khusus masyarakat di gereja Wondenggobak dan di daerah lokasi kejadian (puncak senjum)  lari berhamburan dan tidur dihutan-hutan. Pada pukul 19.00-20.00 WIT terjadi penyisiran sampai di daerah kota mulia batas di areal PT. Moderen WIDYA TEKNICAL.

Pada sekitar pukul 20.00-21.00 WIT, operasi terus dilakukan sehingga pada malam hari Pihak aparat sementara menyisir dan menembak rumah-rumah warga di Desa Wondenggobak secara membabi buta dalam penyisiran tersebut menembak seorang ibu rumah tangga yang sedang tidur dalam rumah langsung Tentara melepaskan peluruh dari pintu luar langsung bersarang dikaki lutut penanganan dirumah sakit Umum Mulia namun peluruh masih bersarang di bagian lutut sehingga pada tanggal 23 maret dibawah ke jayapura untuk operasi lutut. Keungkinan akan sembu, kalau tidak kakinya harus diamputasi (Potong) dan kemungkinan terburuk korban akan meninggal sampai laporan ini diturunkan korban masih dirawat dijayapura.

IV.  Kondisi Mulia Puncak Jaya Sekarang

Pasca peristiwa penembakan sebagaimana disampaikan di atas, kondisi puncak Jaya sampai dengan saat ini warga setempat masih dihantui ketakuta. Masyarakat setempat meminta pihak gereja para pekerja HAM untuk turun investigasih kejadian ini guna pelaku penembakan diproses hukum.

Demikian kronologis kejadian ini dapat kami sampaikan.