TIMIKA- Aksi-aksi gerakan Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang selama ini banyak terjadi di wilayah Kabupaten Puncak Jaya, disinyalir ada provokator atau actor intelektualnya. Untuk itu, Bupati Kabupaten Puncak Jaya, Lukas Enembe S.IP mendesak aparat kepolisian dan TNI menangkap provokator atau aktor intelektual yang berada di balik setiap aksi kelompok separatis sipil bersenjata di wilayahnya selama ini. “Saya lihat ada aktor intelektual yang menggerakan masyarakat untuk menyerang aparat, merusak fasilitas umum di Puncak Jaya selama ini. Mereka-mereka itu harus ditangkap,” kata Enembe di Timika, Rabu.
Ia tidak merinci identitas para provokator atau aktor intelektual tersebut.

Namun menurutnya, para provokator tersebut selama ini selalu merasuki pikiran masyarakat yang masih lugu dengan doktrin dan janji-janji muluk untuk merdeka, terlepas dari NKRI. “Masyarakat Puncak Jaya itu masih lugu dan tidak tahu apa-apa. Aktor-aktor intelektual itulah yang selama ini memberi harapan untuk merdeka dan lain-lain,” katanya.  Menurut Enembe, sejak dirinya memimpin Puncak Jaya pada 2002 hingga sekarang sejumlah fasilitas umum yang dibangun Pemkab setempat sering dibakar dan dirusak.  “Setiap tahun kami bangun gedung sekolah, jembatan, jalan raya, tapi selalu dibakar dan dirusak,” tutur Enembe yang juga menjabat Ketua DPD Partai Demokrat Provinsi Papua itu. Menghadapi kekuatan ideologi separatis Papua Merdeka di wilayah Puncak Jaya, Enembe mengaku sudah menerapkan kebijakan khusus dengan merangkul serta memberi insentif para kepala suku, pejuang, tokoh pemuda, tokoh perempuan, pimpinan gereja, tokoh masyarakat, lembaga adat termasuk para kepala kampung.  Bahkan Enembe menjalin komunikasi dengan para pentolan Organisasi Papua Merdeka (OPM) di wilayah itu agar turun gunung kembali ke tengah masyarakat dan menyerahkan diri kepada aparat keamanan.  Namun berbagai upaya yang dilakukan tersebut, kata Enembe, belum menuai hasil maksimal.

Bantuan Provinsi dan Pusat Menyikapi kondisi tersebut, Enembe mengatakan dibutuhkan keterlibatan secara aktif Pemrov Papua dan Pemerintah Pusat serta pimpinan TNI dan Polri untuk meredam ideologi separatis OPM di kalangan masyarakat Puncak Jaya.
“Solusinya adalah melibatkan Pemprov dan Pusat serta TNI dan Polri. Kami tidak bisa bekerja sendirian karena ini soal makar dan orang yang kita hadapi memegang senjata canggih,” tutur Enembe.  Pada Senin (17/5) terjadi kontak tembak antara aparat gabungan Polri dan TNI dengan kelompok sipil bersenjata pimpinan Werius Tenggelen di Kampung Gorubuk, Distrik Mulia, Puncak Jaya. Insiden itu menewaskan Werius Tenggelen.

Di lokasi kejadian, aparat gabungan Polri dan TNI dari tim gegana Brimob, Densus 88 Anti Teror dan anggota TNI dari Batalyon Infanteri 753 Nabire menemukan satu megazin amunisi dan sebuah bendera bintang kejora.  Adapun senjata api milik Werius berhasil dibawa kabur oleh anggota kelompoknya. Jenazah Werius telah dikuburkan di halaman Gereja Klasis GIDI Mulia pada Selasa (18/5) lantaran keluarga tidak ada yang mengambil jenazahnya.  Werius merupakan satu dari delapan orang yang masuk Daftar Pencarian Orang (DPO) polisi karena diduga terlibat kasus penembakan karyawan PT Modern saat pengerjaan jalan penghubung Mulia-Mewoluk sekitar sebulan lalu.(ant- ngutip : bintang papua )